Senin, 24 Desember 2012

SURAT CINTA UNTUK MAMAH



Hari hujan lagi..
Payung warna jingga pun setia menemani.
Bias terlupa karena aku tak sabar pulang.
Selalu ada rindu dalam benakku
Bak siang merindukan malam
dan hujan membersamai petir dan kilat
Tak bosan-bosannya aku meminta doamu mah..
Manakala ujian datang, acapkali ada keinginan
Selalu ada mamah yang menyuntikkan semangat
Selalu ada mamah yang setia mendoakan di setiap langkah
Mamah, maafkan anakmu ini karena selalu merepotkanmu
yang kau kenal keras dengan cita-citanya
yang selalu meminta uang bekal sebelum waktunya
dan yang meminta keinginan yang tak ada habisnya.
Teringat dengan kata-kata bijak, bahwasannya Doa ibu itu mustajab.
Maka Doakan aku mah..
Agar pintu kesuksesan terbuka lebar untukku
Agar aku lekas Sarjana, dan bekerja
serta melanjutkan sekolah pasca sarjana yang selalu aku impikan
Tak lupa untuk membuka usaha yang aku rintis bersama mamah
Mamah, jangan pernah bosan untuk selalu mendoakanku.
Karena dalam Doamu tersimpan kekuatan bagiku.
Aku meminta pada yang Kuasa,
Semoga mamah selalu ada dalam lindungan-Nya. Aamiin
Mah.. Manakala Rindu menghampirimu tatkala mengingatku
Biarkanlah kado kecil ini sebagai pengobat rindumu padaku..
Meskipun tidak sebanding dengan kado-kado yang mamah berikan untukku.
Semoga hari-hari mamah menyenangkan…
Salam Sayang dari anakmu…. J



Bandung, 22 Desember 2012

Kamis, 20 Desember 2012

NOSTALGIA DENGAN PENGALAMAN LALU


Nostalgia...
dengan pengalaman lalu
Berjibaku saat masa-masa ospek dulu.
mengingat teman-teman baru
yang sekarang menjadi sahabat-sahabatku.
Masa itu, tunduk kaku..
Inilah sosok teman-teman yang kukenal dulu
masih malu dan lugu.”

Itulah sepenggal puisi yang kubuat dulu. Rindu memang memaksaku untuk menulis dalam secarik kertas. Ketika ospek, ketika harus membawa barang-barang ke dalam ransel yang isinya penuh dengan persediaan makanan selama 3 hari di kabupaten Sumedang. Penuh sesak. Masih kuingat apa yang harus dibawa. Ada beras, kacang ijo, gula merah, jahe, kopi, apel, mie, dan masih banyak lagi. Tak lupa dengan peralatan salat, mandi, dan makan..
Masih sempat kami berfoto di tengah terik matahari yang bersimbah peluh membasahi sekujur tubuh. Alamaa.. Cape bukan main rasanya tatkala aku ingat tanjakan yang amat terjal itu. Saat langkah kaki harus rela beristirahat sejenak di pinggiran pepohonan puncak bukit. Tapi terbayar jualah rasa haus, lapar, dan lelah tersebut yang sedari tadi mengitari perasaan kami. …Tiada lain panorama indah yang mengusik mata. Hijau nan sejuk. Kuabadikan fotonya agar dapat kuliahat sesekali waktu.

Inilah teman-teman sekelompokku waktu ospek dulu: Merina, Ima, Dewi, Rizayanti, Dendy, Rodlial, Trisna, Ismail dan syahrizal. Sesuatu yang tak pernah kulupakan ketika bernyanyi memecah keheningan malam. Tertawa cekikikan ditutupi topeng karena lirik lagunya tak pernah dapat kuhafal sampai sekarang. Alamaa.. Nyaris ketauan.
Ada rindu di balik jejak yang telah terekam. Ada kenangan yang selama ini baru kubuka lembar perlembarnya. Rindu masa itu… Rindu melihat sandiwara kakak-kakak galak yang melontarkan senyum semu dibibirnya. Rindu kulihat ternyata aku sudah semester 5.

Sabtu, 15 Desember 2012

TIPS MENGHADAPI UJIAN AKHIR


WOW -Menjelang ujian akhir, banyak teman-teman yang mengeluh dengan tugas perkuliahannya. Entah itu karena tugas yang diberikan dosen yang jarang masuk, atau tugas yang sengaja ia tumpuk di akhir perkuliahan. Kultum (Kuliah tujuh menit) waktu itu pun diawali dengan pertanyaan dari saudari saya, “Teteh, bagaimana cara menghadapi UAS, sedangkan menjelang UAS saja saya dihadapkan dengan tugas-tugas yang menumpuk di akhir perkuliahan?!”
Pertanyaan yang wewakili anak-anak asrama pun dijawab oleh pengisi kultum. Berikut tipsnya dan beberapa yang saya tambahkan juga :

1.      Study Hard
Belajar lebih sungguh-sungguh ketika menghadapi ujian. Pahami materi-materi yang sudah disampaikan guru/dosen kepada kita. BHC (Baca Hafal Catat) merupakan salah satu cara jitu untuk kita dapat lebih cepat memahami materi yang telah disampaikan. Membaca materi, kemudian dihafalkan selama beberapa menit. Setelah itu catat kembali materi yang sudah dihafalkan.

2.      Selesaikan tugas
Ketika dihadapkan dengan tugas, maka bersegeralah untuk menyelesaikan tugas tersebut. Pengalaman mengajarkan segalanya, bahwa tugas itu bukan untuk dilihat tumpukannya, tetapi untuk dikerjakan secepatnya. Karena jika ditunda-tunda, bersiaplah dengan perasaan terhimpit dan dikejar-kejar.

3.      Proses yang dicapai
Kebanyakan di benak kita bahwa tujuan dari ujian merupakan hasil yang dapat dicapai. Nilai bagus, IPK tinggi, dsb. Tapi ternyata justru proseslah yang mesti dicapai terlebih dahulu. Mengapa saya katakan demikian? Karena segala sesuatunya berawal dari proses. Bukan hasil. Ingat, jangan pernah terbebani dengan hasil yang akan kita peroleh nanti. Yang terpenting prosesnya dulu yang kita capai semaksimal mungkin, karena tentunya sebuah hasil akan mengikuti nanti. Ikuti dan jalankan sesuai prosedur.

4.      Menjaga Kondisi tubuh dan Asupan makanan
Hal ini dimaknai bahwa ketika dihadapkan dengan ujian akhir, maka seyogyanya menjaga kondisi tubuh merupakan hal yang sangat penting. Mengapa demikian? Karena ada istilah “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.” Jiwa-jiwa yang siap menghadapi ujian akhir dengan penuh semangat. Yang tak kalah penting ialah menjaga asupan makanan. Ingat, jangan sesekali mengambil risiko yang membahayakan tubuh.

5.      Doa Ibu
Tips yang terakhir ialah meminta doa kepada ibu. Doa ibu itu doa yang paling mustajab. Takkan ada yang sanggup menandingi doa seorang Ibu. Antara Ibu dan langit itu seolah tak ada sekat yang membatasinya. Ingin lulus ujian, kita minta kepada Ibu untuk mendoakan kita. Dan hasilnya lihatlah keajaiban yang akan terjadi.

Mudah-mudahan tips di atas bermanfaat dan dapat kita aplikasikan. Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan di dalam setiap aktivitas kita. Aamiin 

Senin, 10 Desember 2012

TEORI KRITIKAL


2.1     Pengertian Teori Kritikal
Teori kritis merupakan salah satu perspektif teoritis yang bersumber pada berbagai pemikiran yang berbeda seperti pemikiran Aristoteles, Foucault, Gadamer, Hegel, Marx, Kant, Wittgenstein, dan pemikiran-pemikiran lain. Pemikiran-pemikiran berbeda tersebut disatukan oleh sebuah orientasi atau semangat teoritis yang sama yakni semangat untuk melakukan emansipasi.
Teori kritis menyatakan bahwa ternyata faktor utama perubahan sosial tidak terletak pada faktor ekonomi saja, tetapi ada faktor-faktor lain, seperti politik- sosiologi dan kebudayaan yang turut juga mempengaruhi dinamika sosial masyarakat dan individu. Aliran frankfrut ingin memperjelas secara rasional struktur yang dimiliki oleh masyarakat pasca industri dan melihat akibat-akibat struktur tersebut dalam kehidupan manusia dan dalam kebudayaan. Teori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman rasio instrumental.Teori kritis ingin membangun teori yang mengkritik struktur dan konfigurasi masyarakat aktual sebagai akibat dari suatu pemahaman yang keliru tentang rasionalitas“.
Teori kritis berarti pemaknaan kembali ideal-ideal modernitas tentang nalar dan kebebasan, dengan mengungkap deviasi dari ideal-ideal itu dalam bentuk saintisme, kapitalisme, industri kebudayaan dan institusi politik borjuis. Salah satu ciri khas teori kritis adalah pembacaan kritis dari dari berbagai segi dan luas. Teori kritisadalah perangkat nalar yang jika diposisikan dengan tepat dalam sejarah, mampu merubah dunia.Pemikiran ini dapat dilacak dalam tesis Marx terkenal yang menyatakan ”Filosof selalu menafsirkan dunia, tujuannya untuk merubahnya”. Ide ini berasal dari Hegel dalam Phenomenology of Spirit mengembangkan konsep tentang objek bergerak melalui proses refleksi-diri, mengetahui dirinya pada tingkat kesadaran yang lebih tinggi.
2.2     Latar Belakang Munculnya Teori Kritikal
Teori kritis berkembang secara pesat bersama dan berada dalam Frankfurt School. Pelopor sekolah Frankfurt Felix J. Weil seorang sarjana politik. Mendapat warisan dari ayahnya Herman Weil, ia menghimpun cendekiawan untuk menyegarkan kembali ajaran Marx sesuai kebutuhan saat itu. Cendekiawan yang tergabung antara lain Friederickh Pollock ahli ekonomi, Theodore W.  Adorno, musikus, ahli sastra dan filsuf; Herbert Marcuse, murid Heidegger; Erich Fromm ahli psikoanalisa Freud; Walter Benyamin kritikus sastra, Max Horkheimer, Jurgen Habermas dan sebagainya.
Sejak awal secara eksplisit sekolah Frankfurt menempatkan ajaran Marxisme sebagai titik tolak pemikirannya (Connerton, 1976; Suseno, 1977; Sindhunata, 1983; Hardiman 1990.) Walaupun sebagai-mana diketahui melalui sekolah ini pula ajaran-ajaran Marx diperbarui dan bahkan ditinggalkan. Disamping itu sekolah Frankfurt juga mendasarkan diri pada perspektif idealisme Jerman yang dirintis Immanuel Kant (kritisisme), memuncak pada ajaran Hegel melalui dialektikanya serta ketika Horkheimer sebagai pimpinan Frankfurt School teori kritis mendapatkan penyegaran melalui ajaran Freud dan Habermas sendiri seperti Althuser yang memperbaharui teori Marx dengan konsentrasi pada ideologi (Suseno, 1977).
Menurut Horkheimer dan kawan-kawannya, Kant dapat disebut sebagai filosuf kritis yang pertama. Kant sendiri menamakan filsafat-nya sebagai kritis, dalam arti bahwa akal budi harus menilai kemampuan dan keterbatasannya, dan hanya lewat kemampuan dan keterbatasannya itu akal budi mengetahui sesuatu. Sekolah Frankfurt menghargai Kant, karena mereka menganggap Kant telah menemukan otonomi subjek dalam membentuk pengetahuannya. Di sinilah terletak pengertian kritis yang pertama pengetahuan kita tidak ditentukan oleh objek, tapi subjek yang menghasilkan pengetahuan itu. Bahkan objek dapat dikonstruksi dan bahkan verifikasi hanya melalui subjek. Baginya tanpa kerja subjek tidak berarti apa-apa.
Hegel beranggapan bahwa Kant telah berhasil menemukan otonomi akal budi manusia. Oleh karena itu akal budi tidak perlu lagi kritis terhadap dirinya, ia harus menjadi affirmatif. Sebab menurut Hegel akal budi telah mencapai kesempurnaan dalam roh. Bagai-manakah proses akal budi sampai pada roh? Proses tersebut tercakup dalam pengertian dialektika sebagai ajaran Hegel yang paling terkenal. Persis di sinilah terletak pengertian kritis yang kedua dari Sekolah Frankfurt: mereka beranggapan bahwa berpikir secara kritis adalah berpikir dialektis. Proses berpikir dialektis bukan sekedar dirumuskan thesis-antithesis dan sinthesis sebagaimana pada umum-nya dirumuskan. Melainkan dalam dialektika disamping ketiga tesis itu juga diperlukan adanya saling negasi, kontradiksi dan mediasi.
Berpikir kritis memerlukan: pertama, berpikir kritis adalah berpikir secara dialektis, berpikir dialektis adalah berpikir secara totalitas. Totalitas bukan berarti semata-mata keseluruhan di mana unsur-unsurnya yang bertentangan berdiri sejajar. Tetapi totalitas itu berarti keseluruhan yang mempunyai unsur-unsur yang saling be-rnegasi (mengingkari dan diingkari), saling berkontradiksi dan saling bermediasi. Pemikiran dialektis menekankan bahwa dalam kehidupan yang nyata pasti unsur-unsurnya saling berkontradiksi, bernegasi dan bermediasi. Pemikiran dialektis menolak kesadaran yang abstrak, misalnya individu dan masyarakat. Menurut pemikiran dialektis, individu saling berkontradiksi, bermediasi, dan bernegasi terhadap masyarakat. (Sindhunata, 1983).
Pengertian proses dialektis tidak mengarah pada sintesis dalam arti perpaduan, melainkan mengarah pada tujuan baru sama sekali, yakni rekonsiliasi, yang didalamnya tercakup pengertian pembaharu-an, penguatan dan perdamaian. Dalam seluruh proses berpikir dialek-tis sebenarnya merupakan realitas yang sedang bekerja atau working reality. Berpikir kritis adalah berpikir yang dialektis, berpikir dialektis adalah berpikir dalam perspektif empiris historis. Berpikir adalah berpikir dialektis, berpikir dialektis adalah berpikir dalam kerangka kesatuan teori dan praksis (Habermas dalam Connerton, 1976:330. pengertian teori dan praksis sering menjadi persoalan). Hal ini jelas berbeda dengan orang yang salah paham bahwa persoalan teori dan praksis mesti dipikirkan sebagai persoalan bagaimana agar suatu teori itu dapat diaplikasikan pada kehidupan praktis, sebab pengertian itu seakan-akan menganggap bahwa teori dan praksis sebagai dua bidang yang berbeda, pada hal pengetian teori dan praksis hanyalah dua dimensi dari manusia yang satu dan sama, sehingga satu sama lain memang saling bisa dipisahkan dan saling mengecualikan. Pemikiran dialektis tidak mengandaikan adanya kesenjangan antara teori dan praksis yang harus dijembatani melainkan bagaimana suatu teori dapat membuahkan praksis (Sindhunata,1983).
Konsepsi teori kritis di samping bersumber pada Kant, Hegel juga pada Marx yang utamanya berangkat dari kritik ekonomi politik Marx. Menurut penganut Frankfurt school kritik ekonomi politik Marx harus diubah menjadi kritik sosiologi politik.Sebagaimana pendirian Marx bukanlah kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka melainkan sebaliknya keadaan sosiallah yang menentukan kesadaran mereka.
Kritik Ideologi melalui Freud. Erich Fromm lah yang memasukkan psikoanalis Freud ke dalam ajaran teori kritis. Menurut Fromm kritik ideologi Marx membutuhkan psikoanalisa, sebab psikoanalisa dapat mempertajam kritik ideologi Marx. Menurut Marx ideologi itu adalah kesadaran palsu, maksudnya ideologi tidak menggambarkan situasi nyata manusia secara apa adanya. Ideologi menggambarkan keadaan secara terpuntir atau terbalik.
Teori kritis memang diilhami filsafat kritis, sedangkan filsafat kritis mendapatkan aspirasinya dari kritik ideologi (Hardiman, 1990:10) yang dikembangkan Marx sewaktu masih muda, dalam tahap pemikirannya yang sering disebut hegelian muda. Selanjutnya perlu juga diketahui bahwa kritis di samping sebagai teori juga sebagai pendekatan. kritis sebagai pendekatan dalam arti bahwa sebuah teori hanyalah benar sebagai kritik terhadap belenggu-belenggu ideologis teori-teori terdahulu, jadi sebagai usaha teoretis yang sekaligus praksis emansipatif.
2.3     Tujuan dan Manfaat Teori Kritikal
Tujuan teori kritis adalah menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Mencari hubungan kekuatan politik dan ekonomi, untuk membebaskan masyarakat dari bentuk dominasi kekuasaan dan perbudakan. Teori ini menggunakan metode reflektif dengan cara mengkritik secara terus menerus terhadap tatanan institusi sosial, politik, atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan.
Manfaat Teori Kritikal adalah dapat membantu mengantisipasi dan mengkoreksi untuk:
1.    Ketidaksukaan yang tidak semestinya dan ketidak percayaan para perencana
2.    Rintangan-rintangan dalam proses perencanaan yang demokratis
3.    Praktek perencanaan yang tak sengaja kontra produktif

2.4     Pendekatan Teori Kritikal
Modernisasi, komunikasi dan teknologi moden telah melahirkan kisah kebebasan beragama, kemajuan pengangkutan, perkembangan teknologi informasi, komuniti melting pot, dan banyak lagi. Teknologi, komunikasi dan modernisasi telah mencanangkan janji dan ideologi kehidupan manusia yang lebih baik dan membuat manusia semakin bijak, lebih bahagia dan sebagainya.  Perkataan kritikal mempunyai makna yang agak konotatif. Kita akan membayangkan orang yang bersifat kritikal itu adalah orang yang selalu menentang atau mencabar suatu tindakan atau keputusan yang dianggap sebagai tidak adil. Pendekatan ini muncul sebagai respons kepada isu-isu kuasa yang terkandung dalam sistem kapitalis.
Penyalahgunaan kuasa oleh pemilik perniagaan seperti bayaran gaji atau upah yang rendah, keadaan tempat kerja yang tidak memuaskan, buruh kanak-kanak, kebajikan pekerja yang diabaikan, diskriminasi terhadap pekerja asing dan wanita dan berbagai-bagai lagi telah berleluasa di Eropah semasa zaman Victorian (Mead, 1991). Situasi eksploitasi kapitalisme yang semakin teruk ini telah menyebabkan kemunculan teori kritikal (Ishak Abd Hamid, 2000). Sejarah ilmu pengetahuan pada umumnya, dan falsafah pada khususnya telah membuat catatan bahawa teori kritikal yang berpaksikan para intelektual Sekolah Frankfurt Jerman telah memberikan sumbangan yang cukup memadai dalam meninjau dan memahami konsep modernisasi manusia.
Setelah melalui perkembangan yang memberangsangkan dengan pengikut-pengikutnya tersendiri, kini sudah wujud tiga teori penyelidikan sains sosial  yaitu teori positivisme, interpretivisme dan kritikal (Bredo dan Feinberg, 1982). Ketiga-tiga teori ini bergerak atas premis yang berbeda-beda. Apa yang menarik, ketiga-tiga teori ini mempunyai pengikut-pengikut kuatnya dalam ilmu sains sosial. Masing-masing mempunyai hujah-hujah yang tersendiri.
Meskipun terdapat beberapa jenis ilmu sosial kritikal, semuanya memiliki tiga kesimpulan dasar yang sama. Pertama, semuanya menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosial interpretif, yaitu para ilmuwan kritikal menganggap perlu untuk memahami pengalaman orang dalam konteks. Secara khususnya pendekatan kritikal bertujuan untuk menginterprestasikan dan karenanya memahami bagaimana pelbagai kelompok sosial dikekang dan ditindas. Kedua, pendekatan ini mengkaji keadaan sosial dalam usahanya untuk mengungkap struktur-struktur yang tersembunyi. Kebanyakan teori kritikal mengajar bahawa pengetahuan adalah kekuatan untuk memahami bagaimana seseorang ditindas sehingga orang dapat mengambil tindakan untuk merubah kekuatan penindas. Ketiga, pendekatan kritikal secara sadar berupaya untuk menggabungkan antara teori dan tindakan. Teori tersebut jelas normatif dan bertindak untuk mencapai perubahan dalam berbagai keadaan yang mempengaruhi kita.(S. Djuarsa Senjaja, PHD 2005)Mencari hubungan kekuatan politik dan ekonomi, untuk membebaskan masyarakat dari bentuk dominasi kekuasaan dan perbudakan.

2.5    Kritik Terhadap Teori Kritikal
1.      Tidak adanya penjelasan bagaimana rasionalitas komunikatif dalam perencanaan dapat dicapai
2.      Dianggap tidak dapat memberikan solusi yang potensial
3.      Terlalu utopis untuk berfungsi sebagai model yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan yang nyata
4.      Tidak memberikan penyelesaian yang jelas tentang bagaimana mereorganisasi dan mengatur perencanaan 


2.5    Kritik Terhadap Teori Kritikal
1.    Tidak adanya penjelasan bagaimana rasionalitas komunikatif dalam perencanaan dapat dicapai
2.     Dianggap tidak dapat memberikan solusi yang potensial
3.    Terlalu utopis untuk berfungsi sebagai model yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan yang nyata
4. Tidak memberikan penyelesaian yang jelas tentang bagaimana mereorganisasi dan mengatur perencanaan



DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia. Teori Kritis. Tersedia [online] di http://id.wikipedia.org/wiki/Teori _kritis. Diakses pada 20 November 2012. 10.00.
Kathyeana. Teori Kritikal. Tersedia [online] di http://kathyevana.blog. esaunggul.ac.id/2012/05/28/teori-kritikal/. Diakses pada 20 November 2012. 10.00.
Teori Kritis dan Sejarah Intelektual. Tersedia [online] di http://fis.um.ac.id/blog/ 2010/09/06/teori-kritis-dan-sejarah-intelektual/. Diakses pada 20 November 2012. 10.00.
Teguh. Teori Kritis (critical Theory). Tersedia [online] di  http://library-teguh.blogspot.com/2011/03/teori-kritis-critical-theory.html. Diakses pada 20 November 2012. 10.00.

PROMOSI DAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI


2.1 Promosi Sebagai Sumber Perencanaan Tenaga Kerja
Edwin B. Flipo mendefinisikan promosi sebagai perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang mempunyai status dan tanggungjawab yang lebih tinggi. Sedangkan Andrew F. Sikula secara teknik mendefinisikan promosi sebagai perpindahan di dalam suatu organisasi dari satu posisi ke posisi yang lain yang melibatkan peningkatan gaji maupun status.
Promosi jabatan adalah hal yang menjadi impian setiap karyawan. Menurut Prof. Sondang P.Siagian (2009:169), Promosi jabatan adalah pemindahan pegawai/karyawan, dari satu jabatan/tempat kepada jabatan/tempat lain yang lebih tinggi serta diikuti oleh tugas, tanggung jawab, dan wewenang yang lebih tinggi dari jabatan yang diduduki sebelumnya. Dan pada umumnya promosi yang diikuti dengan peningkatan income serta fasilitas yang lain. Penghargaan atas hasil kinerja biasanya dinyatakan dalam bentuk promosi jabatan.
Seorang karyawan memandang promosi sebagai sesuatu yang paling menarik dibandingkan dengan kompensasi lain hal ini disebabkan karena promosi bersifat permanen dan berlaku untuk jangka waktu yang lama. Istilah promosi jabatan berarti kemajuan, dimana sebuah promosi dapat terjadi ketika seorang karyawan dinaikkan jabatannya dari posisi yang rendah ke posisi yang lebih tinggi. Kenaikan gaji dan tanggung jawab biasanya turut menyertai promosi jabatan.

2.1.1 Tujuan Promosi
Promosi memiliki dua tujuan utama :
Pertama, bagi organisasi, promosi merupakan suatu metode untuk menyesuaikan tenaga kerjanya dengan kebutuhan-kebutuhan yang berubah. Penyesuaian-penyesuaian demikian dapat dilakukan melalui “penarikan tenaga kerja dari luar organisasi”. Akan tetapi metode demikian pada umumnya tidak efisien.
1.  Untuk merangsang agar karyawan lebih bergairah bekerja, berdisiplin tinggi sehingga meningkatkan produktivitas kerja
2. Untuk menjamin stabilitas kepegawaian dengan direalisasikannya promosi kepada pegawai dengan dasar yang tepat serta penilaian yang obyektif
3. Kesempatan promosi dapat menimbulkan efek berantai dalam organisasi karena timbulnya kekosongan berantai
4. Memberi kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi yang lebih baik demi tercapainya tujuan optimal organisasi.
5. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas apabila ada pegawai yang berhenti atau pensiun, dapat dipromosikan pegawai yang telah memiliki cukup syarat promosi untuk mengisi kekosongan ini, sehingga tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas dalam organisasi.
Kedua, dipandang dari sudut pegawai, promosi merupakan suatu alat pembentukan moril yang sangat berguna.
Suatu ikhtisar tentang tujuan promosi dipandang dari sudut hubungan antar manusia yang dikemukakan oleh Watkins, Dodd, McNughton dan Prasow adalah sebagai berikut :
Promosi :
1)   Memberikan insentif yang efektif kepada prakarsa, usaha dan cita-cita
2)   Berguna untuk mengawetkan kecakapan, pelatihan, dan kemampuan yang telah dibuktikan
3)   Suatu cara untuk mengurangi ketidakpuasan dan kegelisahan
4)   Bermanfaat untuk menarik karyawan-karyawan yang cakap dan sesuai
5)   Rencana promosi mendorong pelatihan yang logis untuk kemajuan
Pertimbangan-pertimbangan lain juga sering dikemukakan : promosi merupakan pemberian penghargaan untuk kesetiaan dan kerjasama untuk masa kerja lama dan sebagainya.


2.1.2 Dasar Promosi
Promosi atau dalam bahasa Inggris promotion, berarti kemajuan, kenaikan atau peningkatan. Dalam administrasi kepegawaian negara, promosi berarti kenaikan jabatan, kenaikan pangkat, kadang-kadang diperluas kenaikan gaji. Kenaikan jabatan dan kenaikan pangkat, dapat didasarkan kemampuan, kecakapan, dan senioritas (lamanya masa kerja).
Paul Pigors dan Charles A. Meyers, menyatakan bahwa dalam promosi, manajemen hendaknya menekankan kemampuan di atas senioritas. Senioritas hanya dipertimbangkan apabila kecakapan dari dua orang calon untuk suatu jabatan yang lebih baik, untuk tujuan-tujuan praktis, hampir sama. Kemampuan, yang dapat dirumuskan dengan berbagai cara, mungkin merupakan persyaratan yang paling umum.
Masalah promosi di luar sistem kecakapan, (merit system) merupakan masalah yang sulit. Mungkin semua negara menggunakan kecapakan sebagai  salah satu dasar untuk mengadakan promosi pegawai-pegawainya. Apabila promosi itu dipandang sebagai suatu insentif, maka pegawai yang sangat cakap harus dipromosi. Akan tetapi karena kadang-kadang perbedaan kecakapan itu sulit mengukurnya, maka pegawai yang tidak dipromosikan mungkin merasa bahwa pimpinan mengadakan pilih kasih dalam melakukan promosi. Misalnya pelaksanaan pekerjaan itu dilakukan oleh orang-orang yang dikoordinasikan sehingga sulit mengukur kecakapan individu. Kemampuan dan kecakapan lebih sulit mengukurnya dibandingkan dengan senioritas.
Penggunaan kemampuan atau kecakapan sebagai suatu dasar seleksi mengakibatkan pegawai merasa bahwa promosi tidak dilaksanakan secara adil. Tuduhan tentang adanya pilih kasih dalam promosi mengakibatkan turunnya semangat kerja dan produktivitas. Untuk menghindarkan hal ini sering disarankan agar promosi didasarkan atas senioritas.
Sesungguhnya promosi pegawai yang tidak cakap, yang hanya didasarkan atas lamanya masa kerja, adalah bertentangan dengan suatu prinsip bahwa penghargaan itu sedikit banyak harus sepadan dengan prestasi. Prosedur promosi yang lebih baik adalah prosedur yang mempertimbangkan baik kemampuan, kecakapan, dan senioritas. Ujian dapat dipergunakan sebagai promosi. Apabila ada lowongan jabatan, semua pegawai dalam jabatan tertentu dapat menempuh ujian promosi.

2.1.3 Syarat-syarat Promosi Jabatan
Menurut Prof. Sondang P.Siagian (2009), syarat-syarat promosi adalah sebagai berikut:
1)        Pengalaman
Dengan pengalaman yang lebih banyak diharapkan kemampuan yang lebih tinggi, ide-ide yang lebih banyak dan sebagainya.
2)        Tingkat pendidikan
Ada juga perusahaan yang mensyaratkan minimal pendidikan untuk dapat dipromosikan pada jabatan tertentu. Alasannya adalah bahwa dengan pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pemikiran yang lebih baik.
3)        Loyalitas
Dengan loyalitas yang tinggi dapat diharapkan antara lain tanggung jawab yang lebih besar.
4)        Kejujuran
Untuk promosi jabatan-jabatan tertentu mungkin masalah kejujuran merupakan syarat yang penting. Misalnya untuk jabatan kasir pada umumnya syarat kejujuran merupakan syarat utama yang harus diperhatikan.
5)        Tanggung jawab
Kadang-kadang sering kali suatu perusahaan diperlukan suatu tanggung jawab yang cukup besar, sehingga masalah tanggung jawab merupakan syarat utama untuk promosi jabatan.
6)        Kepandaian bergaul
Misalnya jabatan untuk salesman adalah sangat penting untuk menetapkan kepandaian bergaul sebagai suatu syarat promosi jabatan.
7)       Prestasi kerja
Pada umumnya setiap perusahaan selalu mencantumkan syarat untuk prestasi kinerjanya.
8)       Inisiatif dan kreatif
Untuk syarat promosi jabatan terhadap jabatan tertentu, mungkin syarat tingkat inisiatif dan kreatif merupakan syarat yang harus diperhatikan. Hal ini disebabkan karena untuk jabatan tersebut sangat diperlukan inisiatif dan kreatif.

2.1.4 Program Promosi
Program promosi yang baik adalah program promosi yang mengandung syarat-syarat sebagai berikut :
1) Promosi didasarkan atas kecakapan di antara pegawai-pegawai yang cakap, kemudian diadakan penyaringan
2)  Promosi hanya diselenggarakan berdasarkan rencana promosi organisasi yang bersangkutan dan disesuaikan dengan kebijaksanaan promosi pemerintah
3)    Semua pegawai diberitahu tentang perkembangan dan penempatan rencana promosi
4) Memelihara dan melindungi pegawai dengan memberikan segala keterangan tentang kebijaksanaan dan prosedur menyusun rencana promosi
5)   Tiap rencana promosi menggunakan lapang saingan yang seluas-luasnya dan menggunakan metode penilaian kecakapan yang sebaik-baiknya
6)  Catatan-catatan kepegawaian dari tiap promosi menunjukkan bahwa promosi dilaksanakan sesuai dengan rencana promosi yang resmi dari organisasi yang bersangkutan.


2.1.5 Alasan Promosi
Ada dua alasan untuk mengadakan promosi (dalam arti kenaikan jabatan), yakni :
1)        Ada lowongan jabatan
Lowongan jabatan dapat terjadi karena adanya perluasan organisasi, adanya pegawai yang berhenti, pensiun, meninggal dunia dan pindah pekerjaan
2)        Penilaian kembali jabatan lama
Suatu promosi dapat diakibatkan oleh pertumbuhan atau bertambahnya tugas-tugas dan tanggung jawab jabatan, sehingga jabatan tersebut perlu dinilai dan diadakan penggolongan kembali. Ada kemungkinan jabatan tersebut dimasukkan dalam golongan jabatan atau kelas jabatan yang lebih tinggi. Apabila jabatan tersebut dimasukkan dalam kelas jabatan yang lebih tinggi dan tanggung jawab dapat terjadi karena pegawai menunjukkan kemampuan yang luar biasa atau karena pegawai diberi tambahan tugas-tugas baru.
Perlu dikemukakan bahwa tidak semua pegawai mau dipromosikan. Kadang-kadang ada pegawai yang menolak mendapat promosi dengan alasan:
1)   perbedaan pembayaran dalam jabatan lama dan jabatan baru sering tidak cukup memberi dorongan terhadap promosi
2)   promosi yang tidak disepakati oleh sebagian besar teman-temannya dapat mengakibatkan pegawai yang bersangkutan terkucil dari teman-temannya.
3)      Jabatan baru mengandung risiko
Jabatan yang lebih tinggi mengandung tugas-tugas dan tanggung jawab yang lebih berat. Apabila pegawai yang dipromosikan gagal dalam jabatan yang lebih tinggi itu, maka akibatnya pegawai pegawai tersebut dapat diturunkan jabatannya dan merasa malu.


2.2  Penilaian Pegawai
Suatu instansi atau perusahaan tentunya memiliki tujuan, tujuan inilah yang membuat instansi atau perusahaan tersebut ada namun terkadang muncul kendala yang membuat tujuan tersebut tidak tercapai. Untuk mencegahnya maka perusahaan harus mendorong karyawan untuk mencapai kinerja dan prestasi yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Menurut Hasibuan (2003:105), prestasi kerja adalah suatu hasil kerja  yang dicapai seseorang dalam melakukan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta ketepatan waktu. Prestasi kerja dipengaruhi oleh tiga faktor yakni kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran, serta tingkat motivasi seorang pekerja.
Mangkuprawira (2004), mendefinisikan penilaian prestasi kerja sebagai proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang. Dari hasil pembahasan di atas, maka pelaksanaan penilaian prestasi kerja di dalam suatu organisasi sangatlah penting. Dengan penilaian prestasi pihak perusahaan dapat mengambil tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dan mengembangkan karyawannya, sesuai dengan potensi dan keterampilan dari karyawan tersebut.
Dari beberapa pengertian penilaian prestasi kerja diatas maka kita dapat menyimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja membuat karyawan mengetahui tentang hasil kerja dan tingkat produktivitasnya hal tersebut berguna sebagai bahan pertimbangan yang paling baik dalam menentukan pengambilan keputusan dalam hal promosi jabatan. Selain itu pelaksanaan penilaian prestasi kerja sangat penting dilakukan untuk membantu pihak manajemen di dalam mengambil keputusan mengenai pemberian bonus, kenaikan upah, pemindahan maupun pemutusan hubungan kerja karyawan.


2.2.1 Penerapan Penilaian
Penilaian pegawai merupakan bagian penting dari administrasi kepegawaian yang efektif. Tujuan dan penggunaanya adalah sebagai berikut :
a.      Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai
penilaian merupakan bantuan untuk menciptakan dan memelihara suatu tingkat pelaksanaan pekerjaan yang memuaskan oleh pegawai-pegawai pada jabatan-jabatan mereka sekarang, apabila proses penilaian secara keseluruhan diikuti oleh suatu wawancara penilaian dengan masing-masing pegawai, maka hal ini dapat membantu menambah kearah pelaksanaan pekerjaan yang lebih efektif dan meningkat pada pihak banyak.
b.      Pengembangan Pegawai
penilaian dapat menyoroti kebutuhan dan kesempatan untuk pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Pertumbuhan meningkatkan kegiatan belajar sendiri, dan mungkin dicapai melalui pelatihan formal, atau kegiatan yang berhubungan dengan jabatan, seperti pergiliran jabatan akan tampak jelas bahwa pelatihan dan pengembangan pegawai dan manajer akan memperkuat organisasi dan membantu individu.

2.2.2 Pertimbangan-pertimbangan Penting dalam Penilaian
Apabila seorang penilai menilai seseorang, maka ia cenderung berpikir mengenai jenis orang apakah orang yang dinilai itu dan apa yang telah diperbuatnya. Dengan demikian rencana penilaian memerlukan penilaian untuk menilai atau memberikan angka kepada pegawai tentang sifat-sifat dan pembawaannya dan tentang sumbangannya. Penentuan penilai itu sifatnya agak subjektif, karena penilai-penilai yang lainnya mungkin memberikan penilaian yang berbeda terhadap individu yang sama. Sumbangan pegawai, yakni apa yang sungguh-sungguh dihasilkan oleh seseorang dalam jabatannya, dapat ditentukan lebih objektif. Untuk kebanyakan jabatan jumlah pekerjaan yang dihasilkan dapat segera diukur, dan hal ini mempunyai fungsi sebagai suatu ukuran yang baik untuk pelaksanaan pekerjaan.
Ukuran-ukuran demikian terdapat pada sebagian besar jabatan-jabatan tenaga kerja langsung. Sebaliknya adalah sangat sulit mengukur hasil kerja dari seorang penerima tamu, masinis, pemelihara mobil, atau seorang direktur hubungan masyarakat. Dapat dengan mudah diakui bahwa seorang pimpinan itu terutama berkepentingan menilai pelaksanaan pekerjaan pegawai-pegawainya (artinya sumbangan-sumbangan) dan karenanya faktor-faktor ini harus dipandang sebagai yang paling penting. Akan tetapi jelas bahwa sifat-sifat pribadi seperti kerjasama, ketergantungan, sikap, prakarsa dan kemampuan bergaul dengan orang lain juga ada hubungannya dengan nilai pegawai terhadap organisasi. Sifat-sifat ini mempengaruhi hubungan orang dengan atasannya dan dengan teman-teman sekerjanya dan mempengaruhi keefektifan jabatannya.
Dalam tahun-tahun belakangan ini manajemen cenderung memberikan bobot paling berat dalam penilaian pada hasil yang sesungguhnya dicapai oleh orang-orang dalam jabatan mereka. Diakui bahwa dua orang dapat memiliki kepribadian yang berlainan dan meskipun demikian sama-sama efektifnya dalam pekerjaan mereka.
a.      Standar pelaksanaan pekerjaan
Untuk menilai pegawai-pegawai adalah perlu memiliki sesuatu sebagai alat untuk membandingkan mereka. Dengan demikian adalah mungkin hanya membandingkan satu orang dengan satu orang yang lain. Ini pada dasarnya merupakan metode pengurutan. Akan tetapi suatu pendekatan yang tampaknya lebih berhasil adalah membuat standar-standar hasil tertentu secara tertulis yang pegawai-pegawai yang layak dapat mencapainya. Suatu metode demikian memungkinkan baik pengawas maupun orang bawahannya mencapai kesepakatan yang adil mengenai apa yang diharapkan dari pelaksanaan pekerjaan.
Suatu pangkal tolak yang berguna untuk mengembangkan standar-standar tertulis adalah uraian jabatan. Bagi pegawai profesional dan manajerial banyak yang diperoleh dengan adanya individu dan atasannya yang sama-sama mengembangkan standar. Bagi pegawai tingkat bawah yang jabatannya ditentukan dengan tepat dan dibatasi, pengawas pada umumnya harus memberikan informasi kepada bawahan mengenai harapan-harapannya perihal jumlah dan mutu pekerjaan, kehadiran, ketepatan waktu, pengetahuan tentang jabatan dan ketelitian.
Perlu ditunjukkan bahwa standar pelaksanaan pekerjaan itu adalah relatif bagi kelompok dan organisasi. Tidak hanya kebutuhan dari masing-masing organisasi itu berlainan, tetapi kecakapan tenaga kerja juga akan berlainan pada organisasi. Harapan-harapan manajemen adalah lebih tinggi dalam beberapa organisasi ketimbang dengan organisasi lainnya.
b.      Pelaksanaan dan kesanggupan Pekerjaan
Tergantung kepada tujuan penilaian pegawai, penilaian dapat ditujukan kepada pelaksanaan pekerjaan yang sesungguhnya dari individu pada jabatannya yang sekarang atau pada kesanggupannya untuk promosi ke posisi yang lebih tinggi. Sangat sering penilai diminta untuk membuat keputusan-keputusan dalam kedua bidang.
Untuk menentukan keputusan-keputusan kesanggupan seseorang memikul tanggung jawab jabatan yang lebih berat dan mencapai kemajuan menuntut pengetahuan dan kecakapan dari pihak penilai. Tuntutan-tuntutan jabatan individu sekarang mungkin tidak memberi kesempatan kepadanya untuk menunjukkan kemampuannya yang sepenuhnya. Pertanyaan tentang kesanggupan seseorang untuk pertumbuhan dapat dijawab dengan agak lebih baik hanya apabila seseorang mempertimbangkan “pertumbuhan untuk apa?” apabila seorang masinis dipertimbangkan untuk promosi ke suatu posisi yang bersifat mengadakan pengawasan dalam bagian keteknikan, maka ia harus memiliki beberapa bakat dan kemampuan tertentu. Sebaliknya apabila ia dipertimbangkan untuk suatu staf yang posisinya lebih tinggi maka ia akan memerlukan persyaratan yang sangat berlainan.
Sangat sering seorang pengawas dapat lebih cermat menilai kesanggupan seorang bawahan apabila ia dengan sengaja merencanakan penunjukan jabatan baru dan yang berlainan yang akan menghadapkan seseorang dengan berbagai masalah dan memaksa ia menunjukkan beberapa kemampuannya.
Dengan sendirinya masalah pelaksanaan pegawai dalam jabatan mereka sekarang sering lebih penting ketimbang masalah dalam kemajuan ke jabatan-jabatan yang tingkatnya lebih tinggi. Dalam hal ini program penilaian akan memberikan tekanan yang lebih besar kepada sumbangan-sumbangan dalam perbandingannya dengan standar-standar yang telah ditentukan, kepada jumlah dan mutu pekerjaan, kepada kehadiran, ketergantungan, pengetahuan tentang jabatan, dan kepada kerjasama dengan orang-orang lain. Apabila pelaksanaan pekerjaan sehari-hari sekarang lebih penting ketimbang kesanggupan untuk kemajuan yang akan datang, maka program penilaian hendaknya akan lebih banyak disesuaikan untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan dalam jabatan orang sekarang, pembayaran upah dan gaji dan kebutuhan-kebutuhan pelatihan bagi individu.
c.       Siapa yang melaksanakan penilaian?
Praktik yang menonjol dalam hampir semua organisasi pemerintahan adalah pengawas-pengawas dan manajer-manajer menilai pelaksanaan pekerjaan dari masing-masing orang yang menjadi bawahan mereka. Sangat sering hasil penilaian ini diperiksa kembali oleh atasan langsung mereka. Anggapan suatu periksa kembali prosedur demikian adalah bahwa orang yang dibebani dengan tanggung jawab untuk memanajemeni suatu bagian mempunyai pengertian yang cukup tentang tujuan-tujuan, kebutuhan, dan pengaruh organisasi. Oleh karena diberi tanggung  jawab untuk suksesnya operasi dari bagian atau unit nya, maka ia harus mengawasi keputusan-keputusan administrasi kepegawaian yang mempengaruhi orang-orangnya.
Akan tetapi mengenai gambaran ini ada segi lain. Pandangan yang diterima pengawas dari orang-orang bawahannya adalah tidak lengkap. Hal-hal tertentu dari perilaku mereka tidak diketahui atau hanya sebagian yang diberitahukan kepadanya. Apabila diberi kesempatan, teman-teman kerja seseorang dapat memberikan informasi dan wawasan yang penting untuk melengkapinya.
Dalam metode penilaian kelompok, setiap pengawas tidak hanya menilai orang-orang bawahannya sendiri, tetapi mereka yang bekerja dengan pengawas-pengawas lain. Proses penilaian dilakukan dalam suatu pertanyaan kelompok yang terdiri dari pengawas-pengawas. Pertemuan ini diketuai oleh seorang koordinator atau administrator, kepegawaian atau atasan langsung dari pengawas-pengawas ini. Proses penilaian kelompok memberikan banyak keputusan dan sering dapat memperbaiki penilaian yang berat sebelah yang akan dibuat oleh seorang pengawas dengan metode penialaian tradisional.

2.2.3 Metode Penilaian
Sejumlah sistem penilaian yang penting telah dikembangkan, dan telah dilakukan usaha-usaha secara kontinue untuk membuat sistem-sistem tersebut lebih objektif. Sistem penilaian yang banyak digunakan adalah sebagai berikut :
1.    Skala Penilaian
Skala penilaian merupakan sistem penilaian yang paling banyak digunakan, menuntut penilaian untuk memberikan penilaian yang subjektif terhadap pelaksanaan pekerjaan individu sepanjang suatu skala dari yang rendah sampai yang tinggi.
Formulir diisi dengan memeriksa jawaban yang paling tepat untuk masing-masing ukuran pelaksanaan pekerjaan. Jawaban-jawaban dapat diberikan nilai berupa angka untuk memungkinkan memperoleh angka rata-rata dan dibandingkan untuk tiap-tiap pegawai. Keuntungan sistem ini adalah bahwa untuk mengembangkan dan melaksanakannya biayanya murah, penilaian hanya memerlukan sedikit pelatihan atau waktu untuk mengisi formulir, dan sistem ini dapat diterapkan kepada banyak pegawai.
Kekurangannya yaitu prasangka penilai tercermin dalam jenis alat yang subjektif. Kriteria pelaksanaan pekerjaan khusus dihapuskan untuk menjadikan formulir, karena kriteria ini hanya dapat diterapkan bagi karyawan yang jumlahnya tidak banyak.

Gambar 1. Skala Penilaian
2.      Pengurutan
pengurutan merupakan sistem yang sederhana dalam membandingkan satu orang dengan semua orang lainnya dengan maksud menempatkan mereka dalam suatu urutan tingkat nilai yang sederhana. Penilai mempertimbangkan orang dan pelaksanaan pekerjaan sebagai suatu kesatuan; tidak ada usaha yang dilakukan untuk menguraikan secara sistematis apa yang dinilai ke dalam unsur-unsur komponen.
Kelemahan pada sistem pengurutan ialah bahwa kita minta kepada penilai untuk melaksanakan suatu perbuatan yang tidak mungkin. Analisis pelaksanaan pekerjaan dari satu orang adalah tidak mudah. Meskipun demikian kita minta kepada penilai untuk membandingkan suatu urutan tingkat yang cermat.
3.      Perbandingan Orang Dengan Orang
salah satu usaha pertama untuk menguraikan pelaksanaan pekerjaan dan menganalisis bagian-bagiannya adalah sistem penilaian orang dengan orang. Faktor-faktor seperti kepemimpinan, prakarsa, dan ketergantungan dipilih untuk tujuan analisis. Untuk masing-masing faktor yang yang ditentukan secara cermat dibuat suatu skala. Sebagai ganti menentukan tingkat-tingkat kepemimpinan yang berlainan, dipergunakan orang-orang tertentu untuk menunjukkan tingkat-tingkat ini. Penilai harus mengembangkan skalanya sendiri dengan menilai mutu kepemimpinan orang-orang yang telah diketahui pada masa yang lalu. Orang yang menunjukkan tingkat kepemimpinan paling tinggi ditempatkan pada bagian teratas skala dan orang-orang kunci khusus lainnya ditempatkan pada tingkat terendah dan tingkat-tingkat yang terletak di antaranya.
Sistem penilaian ini digunakan dalam penilaian jabatan, yang disebut sistem “perbandingan faktor”. Meskipun sistem ini sangat baik untuk menilai jabatan-jabatan, penggunaannya untuk menilai orang-orang sangat terbatas. Apabila setiap penilai harus menggunakan orang-orang tertentu yang telah dikenal oleh seseorang untuk perumusan-perumusan akan tidak sama bagian yang satu dengan bagian yang lain.
4.      Daftar Periksa (checklist)
Metode penilaian checklist dimaksudkan untuk mengurangi beban penilai. Penilai tinggal memilih kalimat-kalimat atau kata-kata yang menggambarkan presentasi kerja dan karakteristik karyawan. Seperti metode rating scale, penilai biasanya adalah atasan langsung.
Salah satu kelemahan sistem daftar periksa adalah bahwa sulit mengumpulkan, menganalisis, dan menimbang sejumlah pertanyaan tentang sifat-sifat dan sumbangan pegawai. Kunci nilai sering diperoleh dengan cara seperti apa yang akan diuraikan dalam bagian berikut mengenai sistem pilihan yang dipaksakan.
Gambar 2. Daftar Checklist

2.2.4 Masalah-masalah dalam Penilaian
Penilaian mengandung beberapa kesalahan dan kelemahan karena penilaian pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh manusia. Kesalahan-kesalahan tertentu lebih lazim terdapat dalam beberapa metode ketimbang dalam metode-metode lainnya seperti yang tampak dalam uraian berikut :
T.Hani Handoko (1995:140-141) mengatakan bahwa ada 5 (lima) kendala dalam melakukan penilaian kinerja, yaitu:
            1)    Halo Effect
     Kendala ini muncul ketika orang yang menilai memiliki hubungan dengan karyawan yang dinilai, menurut Handoko faktor tersebut akan mempengaruhi objektivitas atau berpotensi menimbulkan bias.
             2)      Kesalahan Kecenderungan Terpusat
Penilai terkadang tidak merasa nyaman memberikan penilaian yang terlalu baik atau terlalu buruk sehingga hanya memberikan penilaian rata-rata.
              3)      Bias Terlalu Lunak dan Terlalu Keras.
     Bila standar penilaian prestasi tidak jelas maka akan muncul kecenderungan penilai memberikan penilaian yang terlalu lunak maupun penilaian yang terlalu ketat.
              4)       Prasangka Pribadi.
Faktor-faktor yang membentuk prasangka pribadi terhadap seorang atau kelompok bisa mengubah penilaian. Sebab-sebab prasangka pribadi lain yang mempengaruhi penilaian mencakup faktor senioritas, kesukuan, agama, kesamaan kelompok dan status sosial.
              5)      Pengaruh Kesan Terakhir.
Kesan terakhir terkadang memberikan pengaruh yang dominan dalam proses penilaian. Bila suatu pekerjaan atau tugas berakhir maka penilaian akan baik pula namun jika berakhir buruk maka keseluruhan penilaian akan menjadi buruk.


2.2.5 Faedah Penilaian
Faedah penilaian pekerjaan antara lain adalah :
1.      Untuk menentukan kenaikan gaji
Kenaikan gaji pada umumnya didasarkan atas penilaian pelaksanaan pekerjaan dan lamanya masa kerja. Untuk mendapatkan kenaikan gaji, pegawai tidak hanya bisa bekerja untuk beberapa waktu yang telah ditetapkan, tetapi juga penilaian pekerjaannya harus baik.
2.      Untuk menentukan kenaikan Pangkat
dalam sistem kecakapan (merit system) penilaian pekerjaan pada umumnya dipergunakan dalam kenaikan pangkat, di samping lamanya masa kerja.
3.      Untuk menentukan kenaikan jabatan
Seperti halnya kenaikan pangkat, kenaikan jabatan mensyaratkan penilaian pelaksanaan pekerjaan yang baik. Dalam pernyataan, seseorang yang cakap bekerja dalam suatu jabatan belum tentu cakap dalam jabatan yang lebih tinggi tingkatnya.
4.      Untuk menentukan kebutuhan pelatihan
Kegunaannya dalam hal ini tergantung kepada sistem penilaian yang dipergunakan. Apabila pengawas memberikan penilaian pelaksanaan pekerjaan itu dengan sebutan istimewa, sangat baik, cukup, dsb, maka hal ini tidak memberikan penjelasan apa yang harus diperbaiki dari pegawai yang bersangkutan. Sebaliknya apabila prosedur pengawasan mengharuskan pengawas untuk menentukan kebaikan dan kelemahan yang sesungguhnya dari orang-orang bawahan maka hal ini akan membantu mereka dalam merencanakan program-program pelatihan.
5.      Untuk meningkatkan hasil kerja
Ini merupakan tujuan pelatihan yang sesungguhnya. Dahulu tujuan penilaian pelaksanaan pekerjaan itu dititikberatkan pada pemberian hukuman atau penghargaan.

Halaman

Halaman

 
Copyright Jejak-jejak Terekam 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .