Selasa, 31 Desember 2013

Refleksi Akhir Tahun Mengawali Perubahan

http://imnabilacitra.blogspot.com/2013/06/school-in-2014.html

Tidak terasa ya kita sudah berada di penghujung tahun lagi. Berarti sebentar lagi tahun baru 2014 akan tiba. Pada tanggal 1 Januari disepakati semua orang sebagai tahun baru dalam kalender masehi. Pada hari tersebut hampir semua orang bersuka cita merayakan dengan caranya masing-masing. Namun makna dari tahun baru sebenarnya bukanlah untuk satu hari atau satu malam saja, melainkan satu tahun secara keseluruhan. Lantas apa yang sebaiknya kita lakukan untuk memaknai pergantian tahun kali ini? Ada dua hal yang menurut penulis dapat kawan-kawan jejak lakukan.
Pertama, Evaluasi diri. Sudah seyogyanya bagi kita untuk selalu evaluasi diri, terlebih pada penghujung akhir tahun ini. Jika kita yang masih sekolah dan kuliah, barangkali evaluasi ditekankan pada tugas-tugas sekolah maupun kuliahnya. Bagi yang sudah bekerja pun demikian, mengevaluasi setiap pekerjaannya. Apakah tugas-tugas maupun pekerjaan tersebut telah terselesaikan dengan baik atau belum. Jika belum, dimana letak kekurangannya, lantas perbaiki.
Evaluasi pun tidak hanya untuk pekerjaan kita, melainkan evaluasi terhadap hubungan kita dengan orang lain. Apakah selama ini, hubungan antara kita dan keluarga, terjalin baik atau belum. Dan apakah hubungan pertemanan kita sekarang ini semakin baik atau bahkan sebaliknya. Jika belum, maka tugas kita adalah memperbaikinya. Inilah gunannya evaluasi. Dimana evaluasi mengharuskan kita untuk memperbaiki kekurangan maupun kesalahan dan mendorong kita untuk tidak mengulang hal serupa di tahun mendatang.
Kedua, Rencana Satu Tahun. Setelah evaluasi yang kita lakukan, maka langkah perencanaan pun menjadi hal penting untuk kita perhatikan. Mengapa demikian? Dengan perencanaan, maka kita akan terfokus terhadap hal yang akan kita capai di tahun baru. Seperti yang dikatakan Joko Anwar, “If you don’t have plans, you’ll easly go off rails. Once you go off that cliff, I don’t think will be a way back”. Menulis daftar mimpi atau rencana barangkali dapat menjadi langkah awal untuk merealisasikannya. Dengan memvisualisasikan mimpi/rencana, baik di pikiran maupun dengan membuat daftar panjang berisi rencana dan impian-impian kita, kita bisa memotivasi diri sendiri untuk meraihnya. Deal?
Seperti yang pernah dibahas dalam catatan “Resolusi Tahun Baru Islam”, maka hal ini pun harus kita pupuk dan pelihara. Tiada lain adalah visi dan misi yang selalu kita ON-kan. Pada akhirnya, penulis ucapkan selamat tahun baru, semoga dengan semangat tahun baru kita bisa menjadikan tahun baru ini lebih baik dari tahun sebelumnya.

Kamis, 26 Desember 2013

BEASISWA DATA PRINT








Kabar bagus nih buat sahabat-sahabat yang masih pelajar dan mahasiswa, segera daftarkan diri kamu dalam program beasiswa Data Print 2013. Caranya bagaimana? Tenang dulu, sob!
Kali ini saya akan membantu sahabat-sahabat jejak untuk mengetahui apa dan bagaimana Beasiswa Data Print itu. Beasiswa ini merupakan program dari Data Print bagi penggunanya sebagai rasa terima kasih karena telah menggunakan produk DataPrint. Program ini bukan pertama kali telah dilaksanakan, melainkan dilaksanakan dari tahun 2011 hingga sekarang dan telah memberikan bantuan beasiswa lebih dari 1000 beasiswa bagi penggunanya yang berstatus pelajar (Siswa) dan Mahasiswa.
Di tahun 2013 sebanyak 500 beasiswa akan diberikan bagi pendaftar yang terseleksi. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta. Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi tunggu apa lagi, segera daftarkan diri sahabat disini.
Pendaftaran periode 2   : 1 Juli – 31 Desember 2013
Pengumuman                 : 13 Januari 2014
Untuk info lebih lanjut silakan kunjungi website resmi Data Print disini
Semoga bermanfaat… J

Minggu, 22 Desember 2013

Selamat Hari Ibu

Berfoto bersama ibu di pematang sawah



Apa yang terbesit dibenak kawan-kawan manakala sudah berada di dekat ibu (red: jika kondisinya sekarang masih di perantauan)? Atau pertanyaannya begini saja, “Apakah ketika kita sudah berada didekatnya, apapun beban hidup yang kita tanggung dan kita pendam sendirian sebelumnya, terasa beban itu hilang begitu saja?”
Ya, jawabannya karena beliau selalu ada untuk mendengarkan setiap keluh kesah anaknya. Keikhlasannya selalu membalut senyumannya. Kesabarannya senantiasa menemaninya dan kehangatannya selalu menjadi kerinduan manakala kita sedang jauh darinya.  Pada akhirnya, kita akan terus merindukan tempat pulang yang paling menenangkan, yaitu pelukan Ibu.

Ribuan kilo
jalan yang kau tempuh
lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
walau tapak kaki penuh darah penuh nanah
Seperti udara…
kasih yang engkau berikan
tak mampu ku membalas, ibu…ibu…
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
dengan apa membalas, ibu…ibu
(Iwan Fals, “Ibu”)

Ya, itulah ibu yang sudah mengorbankan segalanya untuk kita, tetapi sampai detik ini kita belum pernah membuat pengorbanan yang berarti untuknya. Kita seringkali tidak sadar, ternyata masih banyak aspek yang kita lupakan untuk membalas kebaikannya.
Terkadang kita tidak menghiraukan kerinduannya kepada kita. Padahal saat itu, beliau tengah merindukan kehadiran kita di sisinya, menunggu kita pulang dengan rentang pelukan dan hangat air mata. Barangkali dengan bertemu saja, ibu sudah sangat bahagia. Kita bahkan lupa mendoakan beliau, padahal doa yang beliau langitkan tak pernah putus dan terus menyala sebagai pelita dalam kegelapan.
Kita tak pernah sadar betul bahwa selama ini hanya merepotkannya. Mengharuskan beliau mengikuti keinginan kita yang tak pernah ada habisnya. “Sabarlah nak, jika ibu sudah punya uang, maka akan ibu belikan”, senyum ibu. Kita pun sering lupa untuk menanyakan kabar ibu, bahkan kita tetap saja sibuk dengan dunia kita. Padahal ibu mengharapkan kabar walau hanya dengan mendengar suara dan sapaan kita. Maka sempatkanlah berbagi waktu dengannya.
Kita terkadang lupa berdoa dan bersyukur kepada Tuhan yang telah menghadirkan ibu yang super untuk kita. Ibu yang telah rela mengandung selama 9 bulan, yang melahirkan kita, yang menjaga serta merawat kita. Ibu yang mendidik kita untuk menjadi anak yang cerdas, anak yang mampu mengangkat harkat dan martabat keluarganya, serta memajukan bangsa lewat karyanya.
Masihkah kita membuat sedih ibunda kita? Masihkah sampai detik ini kita memendam rasa kecewa terhadap ibu? Masih adakah di relung hati yang terdalam tega membiarkan ibu sendirian? Masihkah sampai hari ini, doa-doa dari ananda mengalir untuk ibunda tercinta?
Sekarang mari kita renungkan. Darinya kita belajar ketegaran, bahwa sesulit apapun hidup, kita harus dapat menghadapinya. Darinya kita petik ketulusan dan keikhlasan bahwasannya kasih sayang yang ia berikan begitu besar dan tak pernah terukur. Darinya kita pun belajar memberi tanpa mengharap minta. Ibu, sosok malaikat tak bersayap yang selalu menyayangi dan menerima kita apa adanya. Berterimakasihlah padanya, berbanggalah karena telah memilikinya, dan bahagiakanlah ia dengan segenap kemampuan kita.
Selamat hari ibu, semoga ibu selalu ada dalam lindungan-Nya. Dimudahkan segala urusannya. Diberi kebahagiaan dunia juga akhiratnya. Dan semoga kita selaku putra putrinya mendapat energi yang seluas bumi dan sedalam lautan untuk menjadi anak yang lebih berbakti. Aamiinn Ya Rabb

Artikel ini diikutsertakan dalam lomba menulis blog cinta ibu yang diselenggarakan oleh perempuan.com.

Kamis, 05 Desember 2013

Kewajiban Menggali Potensi



Ada salah satu dosen yang ketika itu berkata, “Galilah potensi yang ada dalam diri dan ambilah khasanah dari setiap kejadian”. Aku bertanya pada diri sendiri, apakah selama ini aku sudah menggali, menemukan, dan memaksimalkan potensi diri? Dan apakah selama 21 tahun ini aku tidak hidup dalam kesia-siaan? Berpoya-poya dengan kesenangan yang itu hanya bersifat sementara?
Tuhan menciptakan kita tidak “sagawayah”, tidak asal-asalan. Dalam surat Al-Fushilat (41) : 53 Allah berfirman, “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar”. Sudah jelas bukan, kita diperintahkan untuk memaksimalkan potensi yang ada dalam diri.
Di semester tujuh ini, dan dengan usia yang semakin bertambah juga, keharusan kita untuk menggali potensi harus semakin kita pacu lagi. Bagaimana caranya? Hal pertama yang dapat kita lakukan, ialah memulai dengan hal-hal yang kecil, seperti hobi. Selanjutnya menjadikan hobi sebagai media refresh juga penyalur di samping tugas-tugas yang menumpuk.
Kedua, menciptakan kenyamanan dalam diri. Kita hidup dan mengekspresikan segala sesuatu tanpa harus merasa mendapat tekanan dari orang lain maupun lingkungan. Enjoy saja, seperti kata pepatah, “Sukai apa yang kamu lakukan. dan lakukan apa yang kamu sukai”. Lakukan semata-mata karena-Nya. Ketiga, carilah partner yang dapat mendukung kita untuk tetap berkarya. Jangan menutup diri kepada mereka, karena biasanya penilaian dan masukan datang dari mereka yang peduli terhadap kita.
Keempat, jika sudah mengenali potensi kita, maka tugas selanjutnya ialah memaksimalkannya. Menjadikan hal tersebut peluang, merupakan ide yang bagus untuk ke depannya. Kelima, selalu bersyukur kepada-Nya untuk nikmat yang telah diberikan untuk kita, khususnya disini nikmat potensi yang ada dalam diri.
Jangan pernah menyia-nyiakan potensi diri, jangan pernah bosan untuk menyalurkannya lewat hobi, dan jangan lupa untuk tetap memohon kepada-Nya agar kita selalu diberikan jalan menuju pintu-pintu potensi tersebut. Sebagai rasa syukur, semoga penghargaan ini dapat menjadi motivasi untuk lebih baik dan menjadi penyemangat untuk menggali potensi lainnya.

Pangandaran (deburan ombaknya menghempaskan pasir pantai)

Sunset di Pantai Barat Pangandaran

Bagiku, pantai selalu membawa nyawanya dan menghadirkan keunikannya tersendiri. Belum ada sederatan tempat yang paling menarik hati (menurut penulis) kecuali pantai. Ia selalu memanjakan penikmatnya dengan riuh ombak yang tak pernah padam, dengan pijakan pasir pantai, dan rimbunan daun pandan yang beberapa bersembulan. Elok nian ciptaan Tuhan ini. Salah jika kukira Tuhan tak menghadirkan kekayaan-Nya lewat pantai ini.
Selalu saja pantai sebagai jawabannya. Seperti yang kutemui 2 minggu yang lalu, saat ada kesempatan untuk liburan ke Pangandaran karena ajakan Mba Ris. “Yeah, ini kesempatan, dan tak kan terulang untuk kedua kalinya.” bisik hati. Perjalanan dari Bandung-Pangandaran memakan waktu 6 jam. Perjalanan kesana memang membawa banyak kesan. Teman-teman PBI yang baru kukenal hanya pada saat di bus mengharuskanku untuk dapat berbaur dengan mereka, yang katanya mereka lebih akrab dengan sebutan “kaum marginal” hehe. Setibanya disana, ada rehat 2 jam sebelum sore menjemput dan menarik kami ke pantai. Berbincang-bincang ringan bersama teman sekamar, merapikan bawaan yang ada dalam tas.
***
Sore tiba, saatnya bergegas bersama teman-teman, berjalan menuju arah matahari akan terbenam. Namun nampaknya sore itu mendung dan sunset nampak malu-malu memperlihatkannya. Tetap saja pantai saat itu mengajakku bermain. Melambai-lambai lewat ombaknya yang bersahabat.  Dan satu jepretan foto mengawali jepretan-jepretan berikutnya. Ini yang sebenarnya tidak boleh terlewatkan. Karena melalui gambar, maka sederatan momen acap kali akan mengusik saat kita memutuskan untuk bernostalgia. Lihat saja nanti.
***
Paginya pun sunrise tak kutemukan karena menutup diri di balik awan mendung. Kukayuh sepedaku kembali, berharap kutemui matahari menghangatkan tubuhku. Kebetulan aku memakai sepeda untuk dua orang. Jika kuingat bagaimana usahaku pertama kali bersama Mba Ris agar sepeda ini berjalan, pasti saja ketawa ngakak. Selanjutnya saat sepeda tak berdosa ini menabrak mamang-mamang beca di arah berlawanan karena rem sepedanya blong. Untung saja pelan-pelan. (maklum, kami pengemudi sepeda amatiran hehe). Oya, jika sudah ke pangandaran, katanya tidak sah jika tidak membeli oleh-oleh. Mulai dari pakaian, ikan-ikan asin, dijajakan di setiap penjuru pasar. Rupanya magnetnya disini toh.
***
Sunrise di Pantai Timur Pangandaran

Eksis berfoto di Pantai Batu Karas
Pantai selanjutnya yang wajib dikunjungi, yaitu pantai Batu Karas. Dan seperti budaya sebelumnya, gambar tak boleh terlewatkan. Seperti yang pembaca lihat di atas, penulis sedang eksis berfoto. Saran penulis, jika hendak berfoto-foto di bawah batu karang, pakailah sendal, karena memang batu karangnya lumayan lancip dan agak tajam. Berjaga-jaga untuk keselamatan kaki, tidak ada salahnya, bukan? hehe
Pantai memang seringkali menarik setiap peminat dan penikmatnya. Entah sejauh apa perjalanan menuju pantai tersebut, entah seberapa besar materi yang harus dikeluarkan, mereka para penikmat ini tidak akan pernah peduli. Karena pantai yang mereka kunjungi seolah membayar semuanya lewat keindahan yang Tuhan perlihatkan, dan mereka nampaknya tak akan segan untuk mensyukurinya.



Halaman

Halaman

 
Copyright Jejak-jejak Terekam 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .