Ingin kujeda waktu yang terus memakan sendi kehidupan,
namun apalah daya. Ingin kuabaikan dunia yang semakin menua agar kebersamaan ini
tak lekang dimakan zaman dan menuai perpisahan. Namun waktu terus berjalan tak
menghiraukan yang berteriak mendekatinya. Berlari pongah tak pedulikan orang
yang mengejarnya.
Jika saja kupahami dari beberapa tahun yang lalu tentang
keberadaan kita ini, mungkin titik equilibrium telah lama kutemukan. Barangkali
jika dipertemukan lebih awal pun akan terlihat layaknya subsistem-subsistem
yang saling terintegrasi secara utuh. Ya, kesempurnaan hanyalah milik-Nya.
Kemudian muncul pertanyaan, “Apakah pertemanan itu ada manakala setiap individu memiliki
kepentingannya masing-masing?” Bukankah selama ini kita hidup berkepentingan?
Kepentingan untuk menjalin tali silaturahim, kepentingan kuliah untuk sama-sama
saling memotivasi, mendorong untuk sebuah prestasi, kepentingan batin yang jika
bersama mereka lelah terhapuskan. Selain itu, kepentingan untuk saling berbagi
dan tak pernah merasa dirugikan. Sebuah pertemanan
itu ada manakala kita saling membutuhkan satu sama lain, bukan? what do you think now? Bukankah yang demikian itu adalah kepentingan?
Jika berbicara mengenai kepentingan, tentunya berkaitan
dengan teori yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri. Ya inilah yang dimaksud. Kepentingan kita lah yang kemudian
dituntut untuk dikemas semenarik mungkin menjadi sebuah kebaikan bagi sesama.
Kepentingan yang sama dan dikemas tersebut akan melahirkan pertemanan dalam satu
frekuensi dan kesamaan frame of reference
thinking. Ibarat tubuh kita, jika
salah satu mengalami kesakitan, maka organ tubuh yang lain pun ikut merasakan.
Dalam pertemanan pun demikian.
|
Jogja Gerimis on Desember 2013 |
|
Pangandaran Juli 2012 |
|
Dendy B.O.C in Benteng Vredeburg |
|
Taya in Prambanan temple |
|
Waktu perlombaan tumpeng tahun 2010 |
|
Pangandaran in 2012 |
|
B.O.C+R in Jonas photo |
|
Jejak terekam di Jogja |
|
Jejak terekam in Bandung |
Sebuah catatan di akhir senja kutulis dengan sengaja.
Karena di balik pertemanan tersimpan kepentingan. Sampai saat ini masih belum
kutemui hakikat pertemanan sempurna itu seperti apa, siapa, dan bagaimana. Karena
kita hanyalah seorang manusia yang Tuhan titipkan kelebihan untuk menutupi
kelemahan, dan berusaha memperbaiki setiap langkah-langkah yang kadangkala lalai,
lupa, bahkan terjatuh.
Untuk jejak yang pernah terekam
di masa silam, untuk pertemanan yang dibalut keikhlasan, canda, tawa, suka dan
duka. Terima kasih karena telah diberi kesempatan untuk mengenal kalian.