Aku
punya cerita yang mungkin tidak seberapa. Tetapi hal tersebut memiliki ibroh
yang begitu besar. Untuk pertama kalinya meneteskan air mata di pondok tercinta
(agak lebay). Sempat ingin hengkang dari keberadaan tersebut dan mencari tempat
yang lebih nyaman. Tak pelak aku bertanya, “Salah
enggak kalo aku marah/kecewa?” Sambil memeluk guling yang sudah tak
kupedulikan air mata membasahinya. Beliau menjawab, “Wajar-wajar saja sih manusiawi, tapi Jangan terbawa emosi. Disaat kita marah setan bisa menyelinap ke dalam
hati, lalu aliran darah menaik. Terapkan dalam diri sikap sabar dan ikhlas”.
Dari
petuah beliau, aku belajar evaluasi diri dan memaknai kebahagiaan. Ada beberapa
kalimat yang saya kutip dari buku “Mudahnya
bahagia”, dikatakan bahwa kebahagiaan itu bukan makanan dan minuman instan,
bukan suplemen yang bisa dirasakan langsung khasiatnya. Kebahagiaan itu
merupakan proses menjaga hati agar bisa menerima semua kondisi dengan
sewajarnya. Sedangkan kesenangan merupakan pekerjaan luar dan bersifat
sementara.
Menurut
Andrew Matthes, yang menentukan kebahagiaan itu kita bukanlah apa yang terjadi
pada diri kita, melainkan reaksi kita terhadap hal-hal yang terjadi pada
kehidupan kita. Caranya dengan fokus terhadap pikiran-pikiran bahagia, karena
kita sebagai pengendali pikiran kita sendiri. Sudah jelas dalam Ayat-ayat
Al-quran, Surat Ar-Ra’d : 28-29 : “(Yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat
Allah, ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.
Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat
kembali yang baik”
Dalam Surat
Al-Isra : 83 : “Dan apabila kami berikan
kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan
sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa”
Sudah
jelaskah sahabat-sahabat dengan apa yang dipaparkan di atas? Ketika lingkungan
tidak memihak, maka janganlah kecewa. Yaa, pertanyaannya sekarang, Sahabat-sahabat,
masih berada di zona mana kah saat ini? Kesenangan ataukah kebahagiaan? J
2 komentar:
praktekanlah, jgn hanya di lisan, dan diyakini saja, shingga mnjadi iman yg sejati: "diyakini dalam hati, diucapkan dg lisan, dpraktekan dg perbuatan"
Hehe,,tau aja kalo aku masih memperdalam teori, dan sikit dipraktikan. Tapi sedang berusaha kak :)
Doain saja ya :)
Posting Komentar