2.1 Promosi Sebagai Sumber Perencanaan Tenaga Kerja
Edwin B. Flipo
mendefinisikan promosi sebagai perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain
yang mempunyai status dan tanggungjawab yang lebih tinggi. Sedangkan Andrew F.
Sikula secara teknik mendefinisikan promosi sebagai perpindahan di dalam suatu
organisasi dari satu posisi ke posisi yang lain yang melibatkan peningkatan
gaji maupun status.
Promosi jabatan adalah hal yang menjadi
impian setiap karyawan. Menurut Prof. Sondang P.Siagian (2009:169), Promosi jabatan adalah pemindahan pegawai/karyawan, dari satu jabatan/tempat kepada
jabatan/tempat lain yang lebih
tinggi serta diikuti oleh tugas, tanggung jawab, dan wewenang yang lebih tinggi dari jabatan yang diduduki sebelumnya. Dan pada
umumnya promosi yang diikuti dengan
peningkatan income serta fasilitas yang lain. Penghargaan
atas hasil kinerja biasanya dinyatakan dalam bentuk promosi jabatan.
Seorang karyawan memandang promosi
sebagai sesuatu yang paling menarik dibandingkan dengan kompensasi lain hal ini
disebabkan karena promosi bersifat permanen dan berlaku untuk jangka waktu yang
lama. Istilah promosi jabatan berarti kemajuan, dimana sebuah promosi dapat
terjadi ketika seorang karyawan dinaikkan jabatannya dari posisi yang rendah ke
posisi yang lebih tinggi. Kenaikan gaji dan tanggung jawab biasanya turut
menyertai promosi jabatan.
2.1.1 Tujuan Promosi
Promosi
memiliki dua tujuan utama :
Pertama, bagi organisasi, promosi merupakan suatu
metode untuk menyesuaikan tenaga kerjanya dengan kebutuhan-kebutuhan yang
berubah. Penyesuaian-penyesuaian demikian dapat dilakukan melalui “penarikan
tenaga kerja dari luar organisasi”. Akan tetapi metode demikian pada umumnya
tidak efisien.
1. Untuk merangsang
agar karyawan lebih bergairah bekerja, berdisiplin tinggi sehingga meningkatkan
produktivitas kerja
2. Untuk menjamin
stabilitas kepegawaian dengan direalisasikannya promosi kepada pegawai dengan
dasar yang tepat serta penilaian yang obyektif
3. Kesempatan promosi
dapat menimbulkan efek berantai dalam organisasi karena timbulnya kekosongan
berantai
4. Memberi kesempatan
kepada karyawan untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi yang lebih baik
demi tercapainya tujuan optimal organisasi.
5. Untuk kelancaran
pelaksanaan tugas apabila ada pegawai yang berhenti atau pensiun, dapat
dipromosikan pegawai yang telah memiliki cukup syarat promosi untuk mengisi
kekosongan ini, sehingga tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas dalam
organisasi.
Kedua, dipandang dari sudut pegawai, promosi
merupakan suatu alat pembentukan moril yang sangat berguna.
Suatu
ikhtisar tentang tujuan promosi dipandang dari sudut hubungan antar manusia
yang dikemukakan oleh Watkins, Dodd, McNughton dan Prasow adalah sebagai
berikut :
Promosi :
1) Memberikan insentif yang efektif kepada
prakarsa, usaha dan cita-cita
2) Berguna untuk mengawetkan kecakapan,
pelatihan, dan kemampuan yang telah dibuktikan
3) Suatu cara untuk mengurangi ketidakpuasan
dan kegelisahan
4) Bermanfaat untuk menarik karyawan-karyawan
yang cakap dan sesuai
5) Rencana promosi mendorong pelatihan yang
logis untuk kemajuan
Pertimbangan-pertimbangan lain juga sering dikemukakan : promosi
merupakan pemberian penghargaan untuk kesetiaan dan kerjasama untuk masa kerja
lama dan sebagainya.
2.1.2 Dasar Promosi
Promosi atau
dalam bahasa Inggris promotion, berarti kemajuan, kenaikan atau peningkatan.
Dalam administrasi kepegawaian negara, promosi berarti kenaikan jabatan,
kenaikan pangkat, kadang-kadang diperluas kenaikan gaji. Kenaikan jabatan dan
kenaikan pangkat, dapat didasarkan kemampuan, kecakapan, dan senioritas
(lamanya masa kerja).
Paul Pigors
dan Charles A. Meyers, menyatakan bahwa dalam promosi, manajemen hendaknya
menekankan kemampuan di atas senioritas. Senioritas hanya dipertimbangkan
apabila kecakapan dari dua orang calon untuk suatu jabatan yang lebih baik,
untuk tujuan-tujuan praktis, hampir sama. Kemampuan, yang dapat dirumuskan
dengan berbagai cara, mungkin merupakan persyaratan yang paling umum.
Masalah
promosi di luar sistem kecakapan, (merit system) merupakan masalah yang
sulit. Mungkin semua negara menggunakan kecapakan sebagai salah satu dasar untuk mengadakan promosi
pegawai-pegawainya. Apabila promosi itu dipandang sebagai suatu insentif, maka
pegawai yang sangat cakap harus dipromosi. Akan tetapi karena kadang-kadang
perbedaan kecakapan itu sulit mengukurnya, maka pegawai yang tidak dipromosikan
mungkin merasa bahwa pimpinan mengadakan pilih kasih dalam melakukan promosi.
Misalnya pelaksanaan pekerjaan itu dilakukan oleh orang-orang yang
dikoordinasikan sehingga sulit mengukur kecakapan individu. Kemampuan dan
kecakapan lebih sulit mengukurnya dibandingkan dengan senioritas.
Penggunaan
kemampuan atau kecakapan sebagai suatu dasar seleksi mengakibatkan pegawai
merasa bahwa promosi tidak dilaksanakan secara adil. Tuduhan tentang adanya
pilih kasih dalam promosi mengakibatkan turunnya semangat kerja dan produktivitas.
Untuk menghindarkan hal ini sering disarankan agar promosi didasarkan atas
senioritas.
Sesungguhnya promosi pegawai yang tidak cakap, yang hanya didasarkan
atas lamanya masa kerja, adalah bertentangan dengan suatu prinsip bahwa
penghargaan itu sedikit banyak harus sepadan dengan prestasi. Prosedur promosi
yang lebih baik adalah prosedur yang mempertimbangkan baik kemampuan,
kecakapan, dan senioritas. Ujian dapat dipergunakan sebagai promosi. Apabila
ada lowongan jabatan, semua pegawai dalam jabatan tertentu dapat menempuh ujian
promosi.
2.1.3 Syarat-syarat Promosi Jabatan
Menurut Prof. Sondang P.Siagian
(2009), syarat-syarat promosi adalah sebagai berikut:
1)
Pengalaman
Dengan pengalaman yang lebih banyak diharapkan kemampuan yang
lebih tinggi, ide-ide yang lebih banyak dan sebagainya.
2)
Tingkat pendidikan
Ada juga perusahaan yang mensyaratkan minimal pendidikan untuk
dapat dipromosikan pada jabatan tertentu. Alasannya adalah bahwa dengan
pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pemikiran yang lebih baik.
3)
Loyalitas
Dengan loyalitas yang tinggi dapat diharapkan antara lain tanggung
jawab yang lebih besar.
4)
Kejujuran
Untuk promosi jabatan-jabatan tertentu mungkin masalah kejujuran
merupakan syarat yang penting. Misalnya untuk jabatan kasir pada umumnya syarat
kejujuran merupakan syarat utama yang harus diperhatikan.
5)
Tanggung jawab
Kadang-kadang sering kali suatu perusahaan diperlukan
suatu tanggung jawab yang cukup besar, sehingga masalah tanggung jawab
merupakan syarat utama untuk promosi jabatan.
6)
Kepandaian bergaul
Misalnya jabatan untuk salesman adalah sangat penting untuk
menetapkan kepandaian bergaul sebagai suatu syarat promosi jabatan.
7)
Prestasi kerja
Pada umumnya setiap perusahaan
selalu mencantumkan syarat untuk prestasi kinerjanya.
8)
Inisiatif dan kreatif
Untuk syarat promosi jabatan
terhadap jabatan tertentu, mungkin syarat tingkat inisiatif dan kreatif
merupakan syarat yang harus diperhatikan. Hal ini disebabkan karena untuk
jabatan tersebut sangat diperlukan inisiatif dan kreatif.
2.1.4 Program Promosi
Program
promosi yang baik adalah program promosi yang mengandung syarat-syarat sebagai
berikut :
1) Promosi didasarkan atas kecakapan di antara
pegawai-pegawai yang cakap, kemudian diadakan penyaringan
2) Promosi hanya diselenggarakan berdasarkan rencana promosi
organisasi yang bersangkutan dan disesuaikan dengan kebijaksanaan promosi
pemerintah
3) Semua pegawai diberitahu tentang perkembangan dan
penempatan rencana promosi
4) Memelihara dan melindungi pegawai dengan memberikan
segala keterangan tentang kebijaksanaan dan prosedur menyusun rencana promosi
5) Tiap rencana promosi menggunakan lapang saingan yang
seluas-luasnya dan menggunakan metode penilaian kecakapan yang sebaik-baiknya
6) Catatan-catatan kepegawaian dari tiap promosi
menunjukkan bahwa promosi dilaksanakan sesuai dengan rencana promosi yang resmi
dari organisasi yang bersangkutan.
2.1.5 Alasan Promosi
Ada dua
alasan untuk mengadakan promosi (dalam arti kenaikan jabatan), yakni :
1)
Ada lowongan jabatan
Lowongan jabatan dapat terjadi karena adanya perluasan organisasi,
adanya pegawai yang berhenti, pensiun, meninggal dunia dan pindah pekerjaan
2)
Penilaian kembali jabatan lama
Suatu promosi dapat diakibatkan oleh pertumbuhan atau bertambahnya
tugas-tugas dan tanggung jawab jabatan, sehingga jabatan tersebut perlu dinilai
dan diadakan penggolongan kembali. Ada kemungkinan jabatan tersebut dimasukkan
dalam golongan jabatan atau kelas jabatan yang lebih tinggi. Apabila jabatan
tersebut dimasukkan dalam kelas jabatan yang lebih tinggi dan tanggung jawab
dapat terjadi karena pegawai menunjukkan kemampuan yang luar biasa atau karena
pegawai diberi tambahan tugas-tugas baru.
Perlu dikemukakan bahwa tidak semua pegawai
mau dipromosikan. Kadang-kadang ada pegawai yang menolak mendapat promosi
dengan alasan:
1) perbedaan pembayaran dalam jabatan lama dan jabatan
baru sering tidak cukup memberi dorongan terhadap promosi
2) promosi yang tidak disepakati oleh sebagian besar
teman-temannya dapat mengakibatkan pegawai yang bersangkutan terkucil dari
teman-temannya.
3) Jabatan baru mengandung risiko
Jabatan yang lebih tinggi mengandung tugas-tugas dan tanggung jawab yang
lebih berat. Apabila pegawai yang dipromosikan gagal dalam jabatan yang lebih
tinggi itu, maka akibatnya pegawai pegawai tersebut dapat diturunkan jabatannya
dan merasa malu.
2.2 Penilaian Pegawai
Suatu instansi atau perusahaan tentunya
memiliki tujuan, tujuan inilah yang membuat instansi atau perusahaan tersebut
ada namun terkadang muncul kendala yang membuat tujuan tersebut tidak tercapai.
Untuk mencegahnya maka perusahaan harus mendorong karyawan untuk mencapai
kinerja dan prestasi yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Menurut Hasibuan (2003:105), prestasi
kerja adalah suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melakukan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan pada kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta ketepatan waktu.
Prestasi kerja dipengaruhi oleh tiga faktor yakni kemampuan dan minat seorang
pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran,
serta tingkat motivasi seorang pekerja.
Mangkuprawira (2004), mendefinisikan
penilaian prestasi kerja sebagai proses yang dilakukan perusahaan dalam
mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang. Dari hasil
pembahasan di atas, maka pelaksanaan penilaian prestasi kerja di dalam suatu
organisasi sangatlah penting. Dengan penilaian prestasi pihak perusahaan dapat
mengambil tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dan
mengembangkan karyawannya, sesuai dengan potensi dan keterampilan dari karyawan
tersebut.
Dari beberapa
pengertian penilaian prestasi kerja diatas maka kita dapat menyimpulkan bahwa
penilaian prestasi kerja membuat karyawan mengetahui tentang hasil kerja dan
tingkat produktivitasnya hal tersebut berguna sebagai bahan pertimbangan yang
paling baik dalam menentukan pengambilan keputusan dalam hal promosi jabatan.
Selain itu pelaksanaan penilaian prestasi kerja sangat penting dilakukan untuk
membantu pihak manajemen di dalam mengambil keputusan mengenai pemberian bonus,
kenaikan upah, pemindahan maupun pemutusan hubungan kerja karyawan.
2.2.1 Penerapan Penilaian
Penilaian
pegawai merupakan bagian penting dari administrasi kepegawaian yang efektif.
Tujuan dan penggunaanya adalah sebagai berikut :
a. Pelaksanaan
Pekerjaan Pegawai
penilaian merupakan bantuan untuk menciptakan dan memelihara suatu
tingkat pelaksanaan pekerjaan yang memuaskan oleh pegawai-pegawai pada
jabatan-jabatan mereka sekarang, apabila proses penilaian secara keseluruhan
diikuti oleh suatu wawancara penilaian dengan masing-masing pegawai, maka hal
ini dapat membantu menambah kearah pelaksanaan pekerjaan yang lebih efektif dan
meningkat pada pihak banyak.
b. Pengembangan
Pegawai
penilaian dapat menyoroti kebutuhan dan kesempatan untuk pertumbuhan dan
perkembangan seseorang. Pertumbuhan meningkatkan kegiatan belajar sendiri, dan
mungkin dicapai melalui pelatihan formal, atau kegiatan yang berhubungan dengan
jabatan, seperti pergiliran jabatan akan tampak jelas bahwa pelatihan dan
pengembangan pegawai dan manajer akan memperkuat organisasi dan membantu
individu.
2.2.2 Pertimbangan-pertimbangan Penting
dalam Penilaian
Apabila
seorang penilai menilai seseorang, maka ia cenderung berpikir mengenai jenis
orang apakah orang yang dinilai itu dan apa yang telah diperbuatnya. Dengan
demikian rencana penilaian memerlukan penilaian untuk menilai atau memberikan
angka kepada pegawai tentang sifat-sifat dan pembawaannya dan tentang
sumbangannya. Penentuan penilai itu sifatnya agak subjektif, karena
penilai-penilai yang lainnya mungkin memberikan penilaian yang berbeda terhadap
individu yang sama. Sumbangan pegawai, yakni apa yang sungguh-sungguh
dihasilkan oleh seseorang dalam jabatannya, dapat ditentukan lebih objektif.
Untuk kebanyakan jabatan jumlah pekerjaan yang dihasilkan dapat segera diukur,
dan hal ini mempunyai fungsi sebagai suatu ukuran yang baik untuk pelaksanaan
pekerjaan.
Ukuran-ukuran
demikian terdapat pada sebagian besar jabatan-jabatan tenaga kerja langsung.
Sebaliknya adalah sangat sulit mengukur hasil kerja dari seorang penerima tamu,
masinis, pemelihara mobil, atau seorang direktur hubungan masyarakat. Dapat
dengan mudah diakui bahwa seorang pimpinan itu terutama berkepentingan menilai
pelaksanaan pekerjaan pegawai-pegawainya (artinya sumbangan-sumbangan) dan
karenanya faktor-faktor ini harus dipandang sebagai yang paling penting. Akan
tetapi jelas bahwa sifat-sifat pribadi seperti kerjasama, ketergantungan,
sikap, prakarsa dan kemampuan bergaul dengan orang lain juga ada hubungannya
dengan nilai pegawai terhadap organisasi. Sifat-sifat ini mempengaruhi hubungan
orang dengan atasannya dan dengan teman-teman sekerjanya dan mempengaruhi
keefektifan jabatannya.
Dalam
tahun-tahun belakangan ini manajemen cenderung memberikan bobot paling berat
dalam penilaian pada hasil yang sesungguhnya dicapai oleh orang-orang dalam
jabatan mereka. Diakui bahwa dua orang dapat memiliki kepribadian yang
berlainan dan meskipun demikian sama-sama efektifnya dalam pekerjaan mereka.
a. Standar
pelaksanaan pekerjaan
Untuk
menilai pegawai-pegawai adalah perlu memiliki sesuatu sebagai alat untuk
membandingkan mereka. Dengan demikian adalah mungkin hanya membandingkan satu
orang dengan satu orang yang lain. Ini pada dasarnya merupakan metode
pengurutan. Akan tetapi suatu pendekatan yang tampaknya lebih berhasil adalah
membuat standar-standar hasil tertentu secara tertulis yang pegawai-pegawai
yang layak dapat mencapainya. Suatu metode demikian memungkinkan baik pengawas
maupun orang bawahannya mencapai kesepakatan yang adil mengenai apa yang
diharapkan dari pelaksanaan pekerjaan.
Suatu
pangkal tolak yang berguna untuk mengembangkan standar-standar tertulis adalah
uraian jabatan. Bagi pegawai profesional dan manajerial banyak yang diperoleh
dengan adanya individu dan atasannya yang sama-sama mengembangkan standar. Bagi
pegawai tingkat bawah yang jabatannya ditentukan dengan tepat dan dibatasi,
pengawas pada umumnya harus memberikan informasi kepada bawahan mengenai
harapan-harapannya perihal jumlah dan mutu pekerjaan, kehadiran, ketepatan
waktu, pengetahuan tentang jabatan dan ketelitian.
Perlu
ditunjukkan bahwa standar pelaksanaan pekerjaan itu adalah relatif bagi kelompok
dan organisasi. Tidak hanya kebutuhan dari masing-masing organisasi itu
berlainan, tetapi kecakapan tenaga kerja juga akan berlainan pada organisasi.
Harapan-harapan manajemen adalah lebih tinggi dalam beberapa organisasi
ketimbang dengan organisasi lainnya.
b. Pelaksanaan
dan kesanggupan Pekerjaan
Tergantung
kepada tujuan penilaian pegawai, penilaian dapat ditujukan kepada pelaksanaan
pekerjaan yang sesungguhnya dari individu pada jabatannya yang sekarang atau
pada kesanggupannya untuk promosi ke posisi yang lebih tinggi. Sangat sering
penilai diminta untuk membuat keputusan-keputusan dalam kedua bidang.
Untuk
menentukan keputusan-keputusan kesanggupan seseorang memikul tanggung jawab
jabatan yang lebih berat dan mencapai kemajuan menuntut pengetahuan dan
kecakapan dari pihak penilai. Tuntutan-tuntutan jabatan individu sekarang
mungkin tidak memberi kesempatan kepadanya untuk menunjukkan kemampuannya yang
sepenuhnya. Pertanyaan tentang kesanggupan seseorang untuk pertumbuhan dapat
dijawab dengan agak lebih baik hanya apabila seseorang mempertimbangkan
“pertumbuhan untuk apa?” apabila seorang masinis dipertimbangkan untuk promosi
ke suatu posisi yang bersifat mengadakan pengawasan dalam bagian keteknikan,
maka ia harus memiliki beberapa bakat dan kemampuan tertentu. Sebaliknya
apabila ia dipertimbangkan untuk suatu staf yang posisinya lebih tinggi maka ia
akan memerlukan persyaratan yang sangat berlainan.
Sangat
sering seorang pengawas dapat lebih cermat menilai kesanggupan seorang bawahan
apabila ia dengan sengaja merencanakan penunjukan jabatan baru dan yang
berlainan yang akan menghadapkan seseorang dengan berbagai masalah dan memaksa
ia menunjukkan beberapa kemampuannya.
Dengan
sendirinya masalah pelaksanaan pegawai dalam jabatan mereka sekarang sering
lebih penting ketimbang masalah dalam kemajuan ke jabatan-jabatan yang
tingkatnya lebih tinggi. Dalam hal ini program penilaian akan memberikan
tekanan yang lebih besar kepada sumbangan-sumbangan dalam perbandingannya
dengan standar-standar yang telah ditentukan, kepada jumlah dan mutu pekerjaan,
kepada kehadiran, ketergantungan, pengetahuan tentang jabatan, dan kepada
kerjasama dengan orang-orang lain. Apabila pelaksanaan pekerjaan sehari-hari
sekarang lebih penting ketimbang kesanggupan untuk kemajuan yang akan datang,
maka program penilaian hendaknya akan lebih banyak disesuaikan untuk
memperbaiki pelaksanaan pekerjaan dalam jabatan orang sekarang, pembayaran upah
dan gaji dan kebutuhan-kebutuhan pelatihan bagi individu.
c. Siapa yang
melaksanakan penilaian?
Praktik yang
menonjol dalam hampir semua organisasi pemerintahan adalah pengawas-pengawas
dan manajer-manajer menilai pelaksanaan pekerjaan dari masing-masing orang yang
menjadi bawahan mereka. Sangat sering hasil penilaian ini diperiksa kembali
oleh atasan langsung mereka. Anggapan suatu periksa kembali prosedur demikian
adalah bahwa orang yang dibebani dengan tanggung jawab untuk memanajemeni suatu
bagian mempunyai pengertian yang cukup tentang tujuan-tujuan, kebutuhan, dan
pengaruh organisasi. Oleh karena diberi tanggung jawab untuk suksesnya operasi dari bagian
atau unit nya, maka ia harus mengawasi keputusan-keputusan administrasi
kepegawaian yang mempengaruhi orang-orangnya.
Akan tetapi
mengenai gambaran ini ada segi lain. Pandangan yang diterima pengawas dari
orang-orang bawahannya adalah tidak lengkap. Hal-hal tertentu dari perilaku
mereka tidak diketahui atau hanya sebagian yang diberitahukan kepadanya.
Apabila diberi kesempatan, teman-teman kerja seseorang dapat memberikan informasi
dan wawasan yang penting untuk melengkapinya.
Dalam metode penilaian kelompok, setiap pengawas tidak hanya menilai
orang-orang bawahannya sendiri, tetapi mereka yang bekerja dengan
pengawas-pengawas lain. Proses penilaian dilakukan dalam suatu pertanyaan
kelompok yang terdiri dari pengawas-pengawas. Pertemuan ini diketuai oleh
seorang koordinator atau administrator, kepegawaian atau atasan langsung dari
pengawas-pengawas ini. Proses penilaian kelompok memberikan banyak keputusan
dan sering dapat memperbaiki penilaian yang berat sebelah yang akan dibuat oleh
seorang pengawas dengan metode penialaian tradisional.
2.2.3 Metode Penilaian
Sejumlah
sistem penilaian yang penting telah dikembangkan, dan telah dilakukan
usaha-usaha secara kontinue untuk membuat sistem-sistem tersebut lebih
objektif. Sistem penilaian yang banyak digunakan adalah sebagai berikut :
1. Skala
Penilaian
Skala penilaian merupakan sistem penilaian yang paling
banyak digunakan, menuntut penilaian untuk memberikan penilaian yang subjektif
terhadap pelaksanaan pekerjaan individu sepanjang suatu skala dari yang rendah
sampai yang tinggi.
Formulir diisi dengan memeriksa jawaban yang paling
tepat untuk masing-masing ukuran pelaksanaan pekerjaan. Jawaban-jawaban dapat
diberikan nilai berupa angka untuk memungkinkan memperoleh angka rata-rata dan
dibandingkan untuk tiap-tiap pegawai. Keuntungan sistem ini adalah bahwa untuk
mengembangkan dan melaksanakannya biayanya murah, penilaian hanya memerlukan
sedikit pelatihan atau waktu untuk mengisi formulir, dan sistem ini dapat
diterapkan kepada banyak pegawai.
Kekurangannya yaitu prasangka penilai tercermin dalam
jenis alat yang subjektif. Kriteria pelaksanaan pekerjaan khusus dihapuskan
untuk menjadikan formulir, karena kriteria ini hanya dapat diterapkan bagi
karyawan yang jumlahnya tidak banyak.
Gambar 1. Skala Penilaian
2. Pengurutan
pengurutan merupakan sistem yang sederhana dalam
membandingkan satu orang dengan semua orang lainnya dengan maksud menempatkan
mereka dalam suatu urutan tingkat nilai yang sederhana. Penilai
mempertimbangkan orang dan pelaksanaan pekerjaan sebagai suatu kesatuan; tidak
ada usaha yang dilakukan untuk menguraikan secara sistematis apa yang dinilai
ke dalam unsur-unsur komponen.
Kelemahan pada sistem pengurutan ialah bahwa kita
minta kepada penilai untuk melaksanakan suatu perbuatan yang tidak mungkin.
Analisis pelaksanaan pekerjaan dari satu orang adalah tidak mudah. Meskipun
demikian kita minta kepada penilai untuk membandingkan suatu urutan tingkat
yang cermat.
3. Perbandingan
Orang Dengan Orang
salah satu usaha pertama untuk menguraikan pelaksanaan
pekerjaan dan menganalisis bagian-bagiannya adalah sistem penilaian orang
dengan orang. Faktor-faktor seperti kepemimpinan, prakarsa, dan ketergantungan
dipilih untuk tujuan analisis. Untuk masing-masing faktor yang yang ditentukan
secara cermat dibuat suatu skala. Sebagai ganti menentukan tingkat-tingkat
kepemimpinan yang berlainan, dipergunakan orang-orang tertentu untuk
menunjukkan tingkat-tingkat ini. Penilai harus mengembangkan skalanya sendiri
dengan menilai mutu kepemimpinan orang-orang yang telah diketahui pada masa
yang lalu. Orang yang menunjukkan tingkat kepemimpinan paling tinggi
ditempatkan pada bagian teratas skala dan orang-orang kunci khusus lainnya
ditempatkan pada tingkat terendah dan tingkat-tingkat yang terletak di
antaranya.
Sistem penilaian ini digunakan dalam penilaian
jabatan, yang disebut sistem “perbandingan faktor”. Meskipun sistem ini sangat
baik untuk menilai jabatan-jabatan, penggunaannya untuk menilai orang-orang
sangat terbatas. Apabila setiap penilai harus menggunakan orang-orang tertentu
yang telah dikenal oleh seseorang untuk perumusan-perumusan akan tidak sama
bagian yang satu dengan bagian yang lain.
4. Daftar
Periksa (checklist)
Metode penilaian checklist dimaksudkan untuk
mengurangi beban penilai. Penilai tinggal memilih kalimat-kalimat atau
kata-kata yang menggambarkan presentasi kerja dan karakteristik karyawan.
Seperti metode rating scale, penilai biasanya adalah atasan langsung.
Salah satu kelemahan sistem daftar periksa adalah
bahwa sulit mengumpulkan, menganalisis, dan menimbang sejumlah pertanyaan
tentang sifat-sifat dan sumbangan pegawai. Kunci nilai sering diperoleh dengan
cara seperti apa yang akan diuraikan dalam bagian berikut mengenai sistem
pilihan yang dipaksakan.
Gambar 2. Daftar Checklist
2.2.4 Masalah-masalah dalam Penilaian
Penilaian
mengandung beberapa kesalahan dan kelemahan karena penilaian pelaksanaan
pekerjaan dilakukan oleh manusia. Kesalahan-kesalahan tertentu lebih lazim
terdapat dalam beberapa metode ketimbang dalam metode-metode lainnya seperti
yang tampak dalam uraian berikut :
T.Hani Handoko (1995:140-141)
mengatakan bahwa ada 5 (lima) kendala dalam melakukan penilaian kinerja,
yaitu:
1) Halo Effect
Kendala
ini muncul ketika orang yang menilai memiliki hubungan dengan karyawan yang
dinilai, menurut Handoko faktor tersebut akan mempengaruhi objektivitas atau
berpotensi menimbulkan bias.
2) Kesalahan Kecenderungan Terpusat
Penilai terkadang tidak merasa nyaman memberikan penilaian yang
terlalu baik atau terlalu buruk sehingga hanya memberikan penilaian rata-rata.
3)
Bias
Terlalu Lunak dan Terlalu Keras.
Bila
standar penilaian prestasi tidak jelas maka akan muncul kecenderungan penilai
memberikan penilaian yang terlalu lunak maupun penilaian yang terlalu ketat.
4)
Prasangka Pribadi.
Faktor-faktor yang membentuk prasangka pribadi terhadap seorang
atau kelompok bisa mengubah penilaian. Sebab-sebab prasangka pribadi lain yang
mempengaruhi penilaian mencakup faktor senioritas, kesukuan, agama, kesamaan
kelompok dan status sosial.
5) Pengaruh Kesan Terakhir.
Kesan terakhir terkadang memberikan pengaruh yang dominan dalam
proses penilaian. Bila suatu pekerjaan atau tugas berakhir maka penilaian akan
baik pula namun jika berakhir buruk maka keseluruhan penilaian akan menjadi
buruk.
2.2.5 Faedah Penilaian
Faedah penilaian pekerjaan antara lain
adalah :
1. Untuk
menentukan kenaikan gaji
Kenaikan gaji pada umumnya didasarkan atas penilaian pelaksanaan
pekerjaan dan lamanya masa kerja. Untuk mendapatkan kenaikan gaji, pegawai
tidak hanya bisa bekerja untuk beberapa waktu yang telah ditetapkan, tetapi
juga penilaian pekerjaannya harus baik.
2. Untuk menentukan
kenaikan Pangkat
dalam sistem kecakapan (merit system) penilaian pekerjaan pada umumnya
dipergunakan dalam kenaikan pangkat, di samping lamanya masa kerja.
3. Untuk
menentukan kenaikan jabatan
Seperti halnya kenaikan pangkat, kenaikan jabatan mensyaratkan penilaian
pelaksanaan pekerjaan yang baik. Dalam pernyataan, seseorang yang cakap bekerja
dalam suatu jabatan belum tentu cakap dalam jabatan yang lebih tinggi
tingkatnya.
4. Untuk
menentukan kebutuhan pelatihan
Kegunaannya dalam hal ini tergantung kepada sistem penilaian yang
dipergunakan. Apabila pengawas memberikan penilaian pelaksanaan pekerjaan itu
dengan sebutan istimewa, sangat baik, cukup, dsb, maka hal ini tidak memberikan
penjelasan apa yang harus diperbaiki dari pegawai yang bersangkutan. Sebaliknya
apabila prosedur pengawasan mengharuskan pengawas untuk menentukan kebaikan dan
kelemahan yang sesungguhnya dari orang-orang bawahan maka hal ini akan membantu
mereka dalam merencanakan program-program pelatihan.
5. Untuk
meningkatkan hasil kerja
Ini merupakan tujuan pelatihan yang sesungguhnya. Dahulu tujuan
penilaian pelaksanaan pekerjaan itu dititikberatkan pada pemberian hukuman atau
penghargaan.