2.1 Pengertian
Teori Kritikal
Teori kritis merupakan salah satu perspektif teoritis
yang bersumber pada berbagai pemikiran yang berbeda seperti pemikiran Aristoteles,
Foucault, Gadamer, Hegel, Marx, Kant, Wittgenstein, dan pemikiran-pemikiran
lain. Pemikiran-pemikiran berbeda tersebut disatukan oleh sebuah orientasi atau
semangat teoritis yang sama yakni semangat untuk melakukan emansipasi.
Teori kritis menyatakan bahwa ternyata faktor utama perubahan sosial tidak
terletak pada faktor ekonomi saja, tetapi ada faktor-faktor lain, seperti
politik- sosiologi dan kebudayaan yang turut juga mempengaruhi dinamika sosial
masyarakat dan individu. Aliran frankfrut ingin memperjelas secara rasional
struktur yang dimiliki oleh masyarakat pasca industri dan melihat akibat-akibat
struktur tersebut dalam kehidupan manusia dan dalam kebudayaan. Teori kritis
ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman rasio
instrumental.Teori kritis ingin membangun teori yang mengkritik struktur dan
konfigurasi masyarakat aktual sebagai akibat dari suatu pemahaman yang keliru
tentang rasionalitas“.
Teori kritis berarti pemaknaan kembali ideal-ideal modernitas
tentang nalar dan kebebasan, dengan mengungkap deviasi dari ideal-ideal itu
dalam bentuk saintisme, kapitalisme, industri kebudayaan dan institusi politik
borjuis. Salah
satu ciri khas teori kritis adalah pembacaan kritis dari dari
berbagai segi dan luas. Teori
kritisadalah perangkat nalar yang jika diposisikan dengan tepat dalam sejarah, mampu merubah dunia.Pemikiran ini dapat
dilacak dalam tesis Marx terkenal yang menyatakan ”Filosof selalu menafsirkan dunia,
tujuannya untuk merubahnya”. Ide ini berasal dari Hegel dalam Phenomenology of
Spirit mengembangkan
konsep tentang objek bergerak melalui proses refleksi-diri, mengetahui dirinya pada
tingkat kesadaran yang lebih tinggi.
2.2 Latar
Belakang Munculnya Teori Kritikal
Teori kritis berkembang secara pesat bersama dan berada dalam
Frankfurt School. Pelopor sekolah Frankfurt Felix J. Weil seorang sarjana
politik. Mendapat warisan dari ayahnya Herman Weil, ia menghimpun cendekiawan
untuk menyegarkan kembali ajaran Marx sesuai kebutuhan saat itu. Cendekiawan
yang tergabung antara lain Friederickh Pollock ahli ekonomi, Theodore W.
Adorno, musikus, ahli sastra dan filsuf; Herbert Marcuse, murid Heidegger;
Erich Fromm ahli psikoanalisa Freud; Walter Benyamin kritikus sastra, Max
Horkheimer, Jurgen Habermas dan sebagainya.
Sejak awal secara eksplisit sekolah Frankfurt menempatkan ajaran
Marxisme sebagai titik tolak pemikirannya (Connerton, 1976; Suseno, 1977;
Sindhunata, 1983; Hardiman 1990.) Walaupun sebagai-mana diketahui melalui
sekolah ini pula ajaran-ajaran Marx diperbarui dan bahkan ditinggalkan.
Disamping itu sekolah Frankfurt juga mendasarkan diri pada perspektif idealisme
Jerman yang dirintis Immanuel Kant (kritisisme), memuncak pada ajaran Hegel
melalui dialektikanya serta ketika Horkheimer sebagai pimpinan Frankfurt School
teori kritis mendapatkan penyegaran melalui ajaran Freud dan Habermas sendiri
seperti Althuser yang memperbaharui teori Marx dengan konsentrasi pada ideologi
(Suseno, 1977).
Menurut Horkheimer dan kawan-kawannya, Kant dapat disebut sebagai
filosuf kritis yang pertama. Kant sendiri menamakan filsafat-nya sebagai
kritis, dalam arti bahwa akal budi harus menilai kemampuan dan keterbatasannya,
dan hanya lewat kemampuan dan keterbatasannya itu akal budi mengetahui sesuatu.
Sekolah Frankfurt menghargai Kant, karena mereka menganggap Kant telah
menemukan otonomi subjek dalam membentuk pengetahuannya. Di sinilah terletak
pengertian kritis yang pertama pengetahuan kita tidak ditentukan oleh objek,
tapi subjek yang menghasilkan pengetahuan itu. Bahkan objek dapat dikonstruksi
dan bahkan verifikasi hanya melalui subjek. Baginya tanpa kerja subjek tidak
berarti apa-apa.
Hegel beranggapan bahwa Kant telah berhasil menemukan otonomi akal
budi manusia. Oleh karena itu akal budi tidak perlu lagi kritis terhadap
dirinya, ia harus menjadi affirmatif.
Sebab menurut Hegel akal budi telah mencapai kesempurnaan dalam roh.
Bagai-manakah proses akal budi sampai pada roh? Proses tersebut tercakup dalam
pengertian dialektika sebagai ajaran Hegel yang paling
terkenal. Persis di sinilah terletak pengertian kritis yang kedua dari Sekolah
Frankfurt: mereka beranggapan bahwa berpikir secara kritis adalah berpikir
dialektis. Proses berpikir dialektis bukan sekedar dirumuskan thesis-antithesis
dan sinthesis sebagaimana pada umum-nya dirumuskan. Melainkan dalam dialektika
disamping ketiga tesis itu juga diperlukan adanya saling negasi, kontradiksi
dan mediasi.
Berpikir kritis memerlukan: pertama,
berpikir kritis adalah berpikir secara dialektis, berpikir dialektis adalah
berpikir secara totalitas. Totalitas bukan berarti semata-mata keseluruhan di
mana unsur-unsurnya yang bertentangan berdiri sejajar. Tetapi totalitas itu
berarti keseluruhan yang mempunyai unsur-unsur yang saling be-rnegasi (mengingkari dan diingkari), saling berkontradiksi dan saling bermediasi. Pemikiran dialektis
menekankan bahwa dalam kehidupan yang nyata pasti unsur-unsurnya saling
berkontradiksi, bernegasi dan bermediasi. Pemikiran dialektis menolak kesadaran
yang abstrak, misalnya individu dan masyarakat. Menurut pemikiran dialektis, individu saling
berkontradiksi, bermediasi, dan bernegasi terhadap masyarakat. (Sindhunata,
1983).
Pengertian proses dialektis tidak mengarah pada sintesis dalam arti
perpaduan, melainkan mengarah pada tujuan baru sama sekali, yakni rekonsiliasi, yang didalamnya
tercakup pengertian pembaharu-an, penguatan dan perdamaian. Dalam seluruh
proses berpikir dialek-tis sebenarnya merupakan realitas yang sedang bekerja
atau working reality. Berpikir kritis
adalah berpikir yang dialektis, berpikir dialektis adalah berpikir dalam
perspektif empiris
historis. Berpikir adalah berpikir dialektis, berpikir dialektis
adalah berpikir dalam kerangka kesatuan teori dan praksis (Habermas dalam
Connerton, 1976:330. pengertian teori dan praksis sering menjadi persoalan).
Hal ini jelas berbeda dengan orang yang salah paham bahwa persoalan teori dan
praksis mesti dipikirkan sebagai persoalan bagaimana agar suatu teori itu dapat
diaplikasikan pada kehidupan praktis, sebab pengertian itu seakan-akan
menganggap bahwa teori dan praksis sebagai dua bidang yang berbeda, pada hal
pengetian teori dan praksis hanyalah dua dimensi dari manusia yang satu dan
sama, sehingga satu sama lain memang saling bisa dipisahkan dan saling
mengecualikan. Pemikiran dialektis tidak mengandaikan adanya kesenjangan antara
teori dan praksis yang harus dijembatani melainkan bagaimana suatu teori dapat
membuahkan praksis (Sindhunata,1983).
Konsepsi teori kritis di samping bersumber pada Kant, Hegel juga
pada Marx yang utamanya berangkat dari kritik ekonomi politik Marx. Menurut
penganut Frankfurt school kritik
ekonomi politik Marx
harus diubah menjadi kritik sosiologi
politik.Sebagaimana pendirian Marx bukanlah kesadaran manusia yang
menentukan keadaan mereka melainkan sebaliknya keadaan sosiallah yang
menentukan kesadaran mereka.
Kritik Ideologi melalui Freud. Erich Fromm lah yang memasukkan
psikoanalis Freud ke dalam ajaran teori kritis. Menurut Fromm kritik ideologi
Marx membutuhkan psikoanalisa, sebab psikoanalisa dapat mempertajam kritik
ideologi Marx. Menurut Marx ideologi itu adalah kesadaran palsu, maksudnya
ideologi tidak menggambarkan situasi nyata manusia secara apa adanya. Ideologi
menggambarkan keadaan secara terpuntir atau terbalik.
Teori kritis memang diilhami filsafat kritis, sedangkan filsafat
kritis mendapatkan aspirasinya dari kritik
ideologi (Hardiman,
1990:10) yang dikembangkan Marx sewaktu masih muda, dalam tahap pemikirannya
yang sering disebut hegelian muda. Selanjutnya perlu juga diketahui bahwa
kritis di samping sebagai teori juga sebagai pendekatan. kritis sebagai
pendekatan dalam arti bahwa sebuah teori hanyalah benar sebagai kritik terhadap
belenggu-belenggu ideologis teori-teori terdahulu, jadi sebagai usaha teoretis
yang sekaligus praksis emansipatif.
2.3 Tujuan dan
Manfaat Teori Kritikal
Tujuan teori kritis adalah menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Mencari
hubungan kekuatan politik dan ekonomi, untuk membebaskan masyarakat dari bentuk
dominasi kekuasaan dan perbudakan. Teori ini menggunakan metode reflektif dengan cara
mengkritik secara terus menerus terhadap tatanan institusi sosial, politik,
atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan,
keadilan, dan persamaan.
Manfaat Teori Kritikal adalah dapat
membantu mengantisipasi dan mengkoreksi untuk:
1. Ketidaksukaan yang tidak
semestinya dan ketidak percayaan para perencana
2. Rintangan-rintangan dalam
proses perencanaan yang demokratis
3. Praktek perencanaan yang tak
sengaja kontra produktif
2.4 Pendekatan
Teori Kritikal
Modernisasi,
komunikasi dan teknologi moden telah melahirkan kisah kebebasan beragama,
kemajuan pengangkutan, perkembangan teknologi informasi, komuniti melting pot,
dan banyak lagi. Teknologi, komunikasi dan modernisasi telah mencanangkan janji
dan ideologi kehidupan manusia yang lebih baik dan membuat manusia semakin
bijak, lebih bahagia dan sebagainya. Perkataan kritikal mempunyai makna
yang agak konotatif. Kita akan membayangkan orang yang bersifat kritikal itu
adalah orang yang selalu menentang atau mencabar suatu tindakan atau keputusan
yang dianggap sebagai tidak adil. Pendekatan ini muncul sebagai respons kepada
isu-isu kuasa yang terkandung dalam sistem kapitalis.
Penyalahgunaan
kuasa oleh pemilik perniagaan seperti bayaran gaji atau upah yang rendah,
keadaan tempat kerja yang tidak memuaskan, buruh kanak-kanak, kebajikan pekerja
yang diabaikan, diskriminasi terhadap pekerja asing dan wanita dan
berbagai-bagai lagi telah berleluasa di Eropah semasa zaman Victorian (Mead,
1991). Situasi eksploitasi kapitalisme yang semakin teruk ini telah menyebabkan
kemunculan teori kritikal (Ishak Abd Hamid, 2000). Sejarah ilmu pengetahuan
pada umumnya, dan falsafah pada khususnya telah membuat catatan bahawa teori
kritikal yang berpaksikan para intelektual Sekolah Frankfurt Jerman telah
memberikan sumbangan yang cukup memadai dalam meninjau dan memahami konsep
modernisasi manusia.
Setelah
melalui perkembangan yang memberangsangkan dengan pengikut-pengikutnya
tersendiri, kini sudah wujud tiga teori penyelidikan sains sosial yaitu
teori positivisme, interpretivisme dan kritikal (Bredo dan Feinberg, 1982).
Ketiga-tiga teori ini bergerak atas premis yang berbeda-beda. Apa yang menarik,
ketiga-tiga teori ini mempunyai pengikut-pengikut kuatnya dalam ilmu sains
sosial. Masing-masing mempunyai hujah-hujah yang tersendiri.
Meskipun
terdapat beberapa jenis ilmu sosial kritikal, semuanya memiliki tiga kesimpulan
dasar yang sama. Pertama, semuanya menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu
sosial interpretif, yaitu para ilmuwan kritikal menganggap perlu untuk memahami
pengalaman orang dalam konteks. Secara khususnya pendekatan kritikal bertujuan
untuk menginterprestasikan dan karenanya memahami bagaimana pelbagai kelompok
sosial dikekang dan ditindas. Kedua, pendekatan ini mengkaji keadaan sosial
dalam usahanya untuk mengungkap struktur-struktur yang tersembunyi. Kebanyakan
teori kritikal mengajar bahawa pengetahuan adalah kekuatan untuk memahami
bagaimana seseorang ditindas sehingga orang dapat mengambil tindakan untuk
merubah kekuatan penindas. Ketiga, pendekatan kritikal secara sadar berupaya
untuk menggabungkan antara teori dan tindakan. Teori tersebut jelas normatif
dan bertindak untuk mencapai perubahan dalam berbagai keadaan yang mempengaruhi
kita.(S. Djuarsa Senjaja, PHD 2005)Mencari
hubungan kekuatan politik dan ekonomi, untuk membebaskan masyarakat dari bentuk
dominasi kekuasaan dan perbudakan.
2.5
Kritik Terhadap Teori Kritikal
1.
Tidak adanya penjelasan
bagaimana rasionalitas komunikatif dalam perencanaan dapat dicapai
2.
Dianggap tidak dapat memberikan
solusi yang potensial
3.
Terlalu utopis untuk
berfungsi sebagai model yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan yang nyata
4.
Tidak memberikan
penyelesaian yang jelas tentang bagaimana mereorganisasi dan mengatur
perencanaan
2.5
Kritik Terhadap Teori Kritikal
1. Tidak adanya penjelasan
bagaimana rasionalitas komunikatif dalam perencanaan dapat dicapai
2. Dianggap tidak dapat memberikan
solusi yang potensial
3. Terlalu utopis untuk
berfungsi sebagai model yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan yang nyata
4. Tidak memberikan penyelesaian yang jelas tentang bagaimana
mereorganisasi dan mengatur perencanaan
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia. Teori Kritis. Tersedia
[online] di http://id.wikipedia.org/wiki/Teori _kritis. Diakses pada 20 November 2012. 10.00.
Kathyeana. Teori Kritikal.
Tersedia [online] di http://kathyevana.blog. esaunggul.ac.id/2012/05/28/teori-kritikal/. Diakses pada 20 November 2012. 10.00.
Teori Kritis dan Sejarah
Intelektual. Tersedia [online] di http://fis.um.ac.id/blog/ 2010/09/06/teori-kritis-dan-sejarah-intelektual/. Diakses pada 20 November 2012. 10.00.
Teguh. Teori Kritis (critical
Theory). Tersedia [online] di http://library-teguh.blogspot.com/2011/03/teori-kritis-critical-theory.html. Diakses pada 20 November
2012. 10.00.
0 komentar:
Posting Komentar