Senin, 10 Desember 2012

TEORI KRITIKAL


2.1     Pengertian Teori Kritikal
Teori kritis merupakan salah satu perspektif teoritis yang bersumber pada berbagai pemikiran yang berbeda seperti pemikiran Aristoteles, Foucault, Gadamer, Hegel, Marx, Kant, Wittgenstein, dan pemikiran-pemikiran lain. Pemikiran-pemikiran berbeda tersebut disatukan oleh sebuah orientasi atau semangat teoritis yang sama yakni semangat untuk melakukan emansipasi.
Teori kritis menyatakan bahwa ternyata faktor utama perubahan sosial tidak terletak pada faktor ekonomi saja, tetapi ada faktor-faktor lain, seperti politik- sosiologi dan kebudayaan yang turut juga mempengaruhi dinamika sosial masyarakat dan individu. Aliran frankfrut ingin memperjelas secara rasional struktur yang dimiliki oleh masyarakat pasca industri dan melihat akibat-akibat struktur tersebut dalam kehidupan manusia dan dalam kebudayaan. Teori kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman rasio instrumental.Teori kritis ingin membangun teori yang mengkritik struktur dan konfigurasi masyarakat aktual sebagai akibat dari suatu pemahaman yang keliru tentang rasionalitas“.
Teori kritis berarti pemaknaan kembali ideal-ideal modernitas tentang nalar dan kebebasan, dengan mengungkap deviasi dari ideal-ideal itu dalam bentuk saintisme, kapitalisme, industri kebudayaan dan institusi politik borjuis. Salah satu ciri khas teori kritis adalah pembacaan kritis dari dari berbagai segi dan luas. Teori kritisadalah perangkat nalar yang jika diposisikan dengan tepat dalam sejarah, mampu merubah dunia.Pemikiran ini dapat dilacak dalam tesis Marx terkenal yang menyatakan ”Filosof selalu menafsirkan dunia, tujuannya untuk merubahnya”. Ide ini berasal dari Hegel dalam Phenomenology of Spirit mengembangkan konsep tentang objek bergerak melalui proses refleksi-diri, mengetahui dirinya pada tingkat kesadaran yang lebih tinggi.
2.2     Latar Belakang Munculnya Teori Kritikal
Teori kritis berkembang secara pesat bersama dan berada dalam Frankfurt School. Pelopor sekolah Frankfurt Felix J. Weil seorang sarjana politik. Mendapat warisan dari ayahnya Herman Weil, ia menghimpun cendekiawan untuk menyegarkan kembali ajaran Marx sesuai kebutuhan saat itu. Cendekiawan yang tergabung antara lain Friederickh Pollock ahli ekonomi, Theodore W.  Adorno, musikus, ahli sastra dan filsuf; Herbert Marcuse, murid Heidegger; Erich Fromm ahli psikoanalisa Freud; Walter Benyamin kritikus sastra, Max Horkheimer, Jurgen Habermas dan sebagainya.
Sejak awal secara eksplisit sekolah Frankfurt menempatkan ajaran Marxisme sebagai titik tolak pemikirannya (Connerton, 1976; Suseno, 1977; Sindhunata, 1983; Hardiman 1990.) Walaupun sebagai-mana diketahui melalui sekolah ini pula ajaran-ajaran Marx diperbarui dan bahkan ditinggalkan. Disamping itu sekolah Frankfurt juga mendasarkan diri pada perspektif idealisme Jerman yang dirintis Immanuel Kant (kritisisme), memuncak pada ajaran Hegel melalui dialektikanya serta ketika Horkheimer sebagai pimpinan Frankfurt School teori kritis mendapatkan penyegaran melalui ajaran Freud dan Habermas sendiri seperti Althuser yang memperbaharui teori Marx dengan konsentrasi pada ideologi (Suseno, 1977).
Menurut Horkheimer dan kawan-kawannya, Kant dapat disebut sebagai filosuf kritis yang pertama. Kant sendiri menamakan filsafat-nya sebagai kritis, dalam arti bahwa akal budi harus menilai kemampuan dan keterbatasannya, dan hanya lewat kemampuan dan keterbatasannya itu akal budi mengetahui sesuatu. Sekolah Frankfurt menghargai Kant, karena mereka menganggap Kant telah menemukan otonomi subjek dalam membentuk pengetahuannya. Di sinilah terletak pengertian kritis yang pertama pengetahuan kita tidak ditentukan oleh objek, tapi subjek yang menghasilkan pengetahuan itu. Bahkan objek dapat dikonstruksi dan bahkan verifikasi hanya melalui subjek. Baginya tanpa kerja subjek tidak berarti apa-apa.
Hegel beranggapan bahwa Kant telah berhasil menemukan otonomi akal budi manusia. Oleh karena itu akal budi tidak perlu lagi kritis terhadap dirinya, ia harus menjadi affirmatif. Sebab menurut Hegel akal budi telah mencapai kesempurnaan dalam roh. Bagai-manakah proses akal budi sampai pada roh? Proses tersebut tercakup dalam pengertian dialektika sebagai ajaran Hegel yang paling terkenal. Persis di sinilah terletak pengertian kritis yang kedua dari Sekolah Frankfurt: mereka beranggapan bahwa berpikir secara kritis adalah berpikir dialektis. Proses berpikir dialektis bukan sekedar dirumuskan thesis-antithesis dan sinthesis sebagaimana pada umum-nya dirumuskan. Melainkan dalam dialektika disamping ketiga tesis itu juga diperlukan adanya saling negasi, kontradiksi dan mediasi.
Berpikir kritis memerlukan: pertama, berpikir kritis adalah berpikir secara dialektis, berpikir dialektis adalah berpikir secara totalitas. Totalitas bukan berarti semata-mata keseluruhan di mana unsur-unsurnya yang bertentangan berdiri sejajar. Tetapi totalitas itu berarti keseluruhan yang mempunyai unsur-unsur yang saling be-rnegasi (mengingkari dan diingkari), saling berkontradiksi dan saling bermediasi. Pemikiran dialektis menekankan bahwa dalam kehidupan yang nyata pasti unsur-unsurnya saling berkontradiksi, bernegasi dan bermediasi. Pemikiran dialektis menolak kesadaran yang abstrak, misalnya individu dan masyarakat. Menurut pemikiran dialektis, individu saling berkontradiksi, bermediasi, dan bernegasi terhadap masyarakat. (Sindhunata, 1983).
Pengertian proses dialektis tidak mengarah pada sintesis dalam arti perpaduan, melainkan mengarah pada tujuan baru sama sekali, yakni rekonsiliasi, yang didalamnya tercakup pengertian pembaharu-an, penguatan dan perdamaian. Dalam seluruh proses berpikir dialek-tis sebenarnya merupakan realitas yang sedang bekerja atau working reality. Berpikir kritis adalah berpikir yang dialektis, berpikir dialektis adalah berpikir dalam perspektif empiris historis. Berpikir adalah berpikir dialektis, berpikir dialektis adalah berpikir dalam kerangka kesatuan teori dan praksis (Habermas dalam Connerton, 1976:330. pengertian teori dan praksis sering menjadi persoalan). Hal ini jelas berbeda dengan orang yang salah paham bahwa persoalan teori dan praksis mesti dipikirkan sebagai persoalan bagaimana agar suatu teori itu dapat diaplikasikan pada kehidupan praktis, sebab pengertian itu seakan-akan menganggap bahwa teori dan praksis sebagai dua bidang yang berbeda, pada hal pengetian teori dan praksis hanyalah dua dimensi dari manusia yang satu dan sama, sehingga satu sama lain memang saling bisa dipisahkan dan saling mengecualikan. Pemikiran dialektis tidak mengandaikan adanya kesenjangan antara teori dan praksis yang harus dijembatani melainkan bagaimana suatu teori dapat membuahkan praksis (Sindhunata,1983).
Konsepsi teori kritis di samping bersumber pada Kant, Hegel juga pada Marx yang utamanya berangkat dari kritik ekonomi politik Marx. Menurut penganut Frankfurt school kritik ekonomi politik Marx harus diubah menjadi kritik sosiologi politik.Sebagaimana pendirian Marx bukanlah kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka melainkan sebaliknya keadaan sosiallah yang menentukan kesadaran mereka.
Kritik Ideologi melalui Freud. Erich Fromm lah yang memasukkan psikoanalis Freud ke dalam ajaran teori kritis. Menurut Fromm kritik ideologi Marx membutuhkan psikoanalisa, sebab psikoanalisa dapat mempertajam kritik ideologi Marx. Menurut Marx ideologi itu adalah kesadaran palsu, maksudnya ideologi tidak menggambarkan situasi nyata manusia secara apa adanya. Ideologi menggambarkan keadaan secara terpuntir atau terbalik.
Teori kritis memang diilhami filsafat kritis, sedangkan filsafat kritis mendapatkan aspirasinya dari kritik ideologi (Hardiman, 1990:10) yang dikembangkan Marx sewaktu masih muda, dalam tahap pemikirannya yang sering disebut hegelian muda. Selanjutnya perlu juga diketahui bahwa kritis di samping sebagai teori juga sebagai pendekatan. kritis sebagai pendekatan dalam arti bahwa sebuah teori hanyalah benar sebagai kritik terhadap belenggu-belenggu ideologis teori-teori terdahulu, jadi sebagai usaha teoretis yang sekaligus praksis emansipatif.
2.3     Tujuan dan Manfaat Teori Kritikal
Tujuan teori kritis adalah menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Mencari hubungan kekuatan politik dan ekonomi, untuk membebaskan masyarakat dari bentuk dominasi kekuasaan dan perbudakan. Teori ini menggunakan metode reflektif dengan cara mengkritik secara terus menerus terhadap tatanan institusi sosial, politik, atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan.
Manfaat Teori Kritikal adalah dapat membantu mengantisipasi dan mengkoreksi untuk:
1.    Ketidaksukaan yang tidak semestinya dan ketidak percayaan para perencana
2.    Rintangan-rintangan dalam proses perencanaan yang demokratis
3.    Praktek perencanaan yang tak sengaja kontra produktif

2.4     Pendekatan Teori Kritikal
Modernisasi, komunikasi dan teknologi moden telah melahirkan kisah kebebasan beragama, kemajuan pengangkutan, perkembangan teknologi informasi, komuniti melting pot, dan banyak lagi. Teknologi, komunikasi dan modernisasi telah mencanangkan janji dan ideologi kehidupan manusia yang lebih baik dan membuat manusia semakin bijak, lebih bahagia dan sebagainya.  Perkataan kritikal mempunyai makna yang agak konotatif. Kita akan membayangkan orang yang bersifat kritikal itu adalah orang yang selalu menentang atau mencabar suatu tindakan atau keputusan yang dianggap sebagai tidak adil. Pendekatan ini muncul sebagai respons kepada isu-isu kuasa yang terkandung dalam sistem kapitalis.
Penyalahgunaan kuasa oleh pemilik perniagaan seperti bayaran gaji atau upah yang rendah, keadaan tempat kerja yang tidak memuaskan, buruh kanak-kanak, kebajikan pekerja yang diabaikan, diskriminasi terhadap pekerja asing dan wanita dan berbagai-bagai lagi telah berleluasa di Eropah semasa zaman Victorian (Mead, 1991). Situasi eksploitasi kapitalisme yang semakin teruk ini telah menyebabkan kemunculan teori kritikal (Ishak Abd Hamid, 2000). Sejarah ilmu pengetahuan pada umumnya, dan falsafah pada khususnya telah membuat catatan bahawa teori kritikal yang berpaksikan para intelektual Sekolah Frankfurt Jerman telah memberikan sumbangan yang cukup memadai dalam meninjau dan memahami konsep modernisasi manusia.
Setelah melalui perkembangan yang memberangsangkan dengan pengikut-pengikutnya tersendiri, kini sudah wujud tiga teori penyelidikan sains sosial  yaitu teori positivisme, interpretivisme dan kritikal (Bredo dan Feinberg, 1982). Ketiga-tiga teori ini bergerak atas premis yang berbeda-beda. Apa yang menarik, ketiga-tiga teori ini mempunyai pengikut-pengikut kuatnya dalam ilmu sains sosial. Masing-masing mempunyai hujah-hujah yang tersendiri.
Meskipun terdapat beberapa jenis ilmu sosial kritikal, semuanya memiliki tiga kesimpulan dasar yang sama. Pertama, semuanya menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosial interpretif, yaitu para ilmuwan kritikal menganggap perlu untuk memahami pengalaman orang dalam konteks. Secara khususnya pendekatan kritikal bertujuan untuk menginterprestasikan dan karenanya memahami bagaimana pelbagai kelompok sosial dikekang dan ditindas. Kedua, pendekatan ini mengkaji keadaan sosial dalam usahanya untuk mengungkap struktur-struktur yang tersembunyi. Kebanyakan teori kritikal mengajar bahawa pengetahuan adalah kekuatan untuk memahami bagaimana seseorang ditindas sehingga orang dapat mengambil tindakan untuk merubah kekuatan penindas. Ketiga, pendekatan kritikal secara sadar berupaya untuk menggabungkan antara teori dan tindakan. Teori tersebut jelas normatif dan bertindak untuk mencapai perubahan dalam berbagai keadaan yang mempengaruhi kita.(S. Djuarsa Senjaja, PHD 2005)Mencari hubungan kekuatan politik dan ekonomi, untuk membebaskan masyarakat dari bentuk dominasi kekuasaan dan perbudakan.

2.5    Kritik Terhadap Teori Kritikal
1.      Tidak adanya penjelasan bagaimana rasionalitas komunikatif dalam perencanaan dapat dicapai
2.      Dianggap tidak dapat memberikan solusi yang potensial
3.      Terlalu utopis untuk berfungsi sebagai model yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan yang nyata
4.      Tidak memberikan penyelesaian yang jelas tentang bagaimana mereorganisasi dan mengatur perencanaan 


2.5    Kritik Terhadap Teori Kritikal
1.    Tidak adanya penjelasan bagaimana rasionalitas komunikatif dalam perencanaan dapat dicapai
2.     Dianggap tidak dapat memberikan solusi yang potensial
3.    Terlalu utopis untuk berfungsi sebagai model yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan yang nyata
4. Tidak memberikan penyelesaian yang jelas tentang bagaimana mereorganisasi dan mengatur perencanaan



DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia. Teori Kritis. Tersedia [online] di http://id.wikipedia.org/wiki/Teori _kritis. Diakses pada 20 November 2012. 10.00.
Kathyeana. Teori Kritikal. Tersedia [online] di http://kathyevana.blog. esaunggul.ac.id/2012/05/28/teori-kritikal/. Diakses pada 20 November 2012. 10.00.
Teori Kritis dan Sejarah Intelektual. Tersedia [online] di http://fis.um.ac.id/blog/ 2010/09/06/teori-kritis-dan-sejarah-intelektual/. Diakses pada 20 November 2012. 10.00.
Teguh. Teori Kritis (critical Theory). Tersedia [online] di  http://library-teguh.blogspot.com/2011/03/teori-kritis-critical-theory.html. Diakses pada 20 November 2012. 10.00.

0 komentar:

Posting Komentar

Halaman

Halaman

 
Copyright Jejak-jejak Terekam 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .