Pasti pertanyaan yang keluar tuh “Kapan nikah?” “Kapan nyusul?”.
Konon katanya pertanyaan demikian itu bentuk perhatian dan kasih sayang. Lho kok? Dan yang lebih parahnya lagi
jika lingkungan kita kebanyakan yang sudah nikah alias pengantin baru. Sudah
pasti dicekoki dengan pertanyaan demikian. Betul, bukan? Semakin menjadi-jadi. Oh God, rasanya ingin bersembunyi saja
-_-“.
Naah jika pembaca mengalaminya, itu artinya anda sedang
mengalami wedding virus atau yang disebut-sebut
dengan virus nikah. Namanya juga virus, ya pasti menyebar. Istilah virus nikah ini
penulis gunakan sebagai suatu keadaan dimana keinginan-keinginan yang tidak
terkendali itu muncul namun tidak diimbangi dengan kesiapan-kesiapan menikah.
Keadaan tersebut pun hanya didorong oleh lingkungan yang kebanyakannya sudah
pada nikah. Jika pembaca tidak setuju, itu pun tidak apa-apa hehe
Saya jadi inget kutipan dari temen, katanya nikah itu nikmat,
indah dan ibadah. Beliau nyesel katanya. What?
Kok bisa nyesel? Katanya beliau nyesel
kenapa gak dari dulu menikah. Beliau menambahkan, dengan menyegerakan menikah berarti
mencegah perbuatan yang tidak diinginkan. Maksudnya terhindar dari berbuat yang
macem-macem. Nah lho?! Tapi justru
sebaliknya, setelah menikah justru perbuatan yang demikian itu dapat menjadi
ladang pahala. (Subhanallah..nambah kabita
aja, ahha) :D
Eits tunggu dulu..Bukan berarti pula dengan kita menyegerakan
menikah lantas kita tidak memperhatikan hal-hal yang lain. Kita harus mengingat
biaya yang harus dipersiapkan oleh kedua orang tua untuk menikahkan kita kelak.
Emangnya uang kayak daun kering yang
jatoh gitu aja? Ahha. Terlebih ketika kita masih kuliah, yang lantas harus
kita pikirkan adalah kesanggupan kita dalam memanaje waktu antara kuliah dan rumah
tangga, manakala sudah menikah. Yang tidak ketinggalan juga adalah pengetahuan
kita tentang menikah. Naah artinya harus ada kemampuan secara lahir dan batin
ketika kita dihadapkan dengan menikah.
Yaa, arti menyegerakan menikah disini ialah bagi mereka yang
sudah mampu secara lahir dan batin. Pertanyaannya, apakah kita sudah mampu
secara lahir dan batin? Saya kembalikan kepada pembaca, hehe. Jadi jangan
karena lingkungan kita udah pada nikah, lantas kita ikut-ikutan senewen pengen ikut
nikah juga, sedangkan (red: secara
lahir maupun batin pun) belum siap. Pembaca pun pasti tahu bahwasannya menikah
itu bukan untuk satu atau dua minggu saja. Tapi berjangka panjang. Perlu kematangan
dan hal-hal yang dipertimbangkan disana.
Terus harus gimana dong menangkal virus nikah ini? Well, ada beberapa tips yang saya dapet
nih dari beberapa pakar dan beberapa artikel yang saya kutip. Di antaranya
perbanyak puasa, perbanyak melakukan kegiatan positif. Artinya, dengan kita
melakukan puasa, maka hal-hal yang tidak diinginkan itu dapat ditahan dan
dihindari. Sedangkan dengan memperbanyak kegiatan positif, maka ingatan kita
terhadap hal-hal nikah itu dapat diminimalisir karena fokus kita itu adalah melakukan
aktivitas bermanfaat. Selanjutnya, bergaulah dengan lingkungan yang baik dan
orang-orang yang baik. Artinya mereka pasti akan mengarahkan kita kepada hal
yang baik tentunya.
Tak lupa untuk memanjatkan doa kepada Yang Kuasa, agar kita
segera dimampukan secara lahir dan batin untuk menikah dan disandingkan dengan
seseorang yang akan membawa kita kepada-Nya. Aamiin Allohuma Aamiinn
0 komentar:
Posting Komentar