Siang itu berbeda dari biasanya. Sibuk bukan main. Tapi pada
kenyataannya tetap memancarkan ketenangan. Eits, sibuk yo sibuk. Tapi tenang
juga harus menyertai. Istilah baru yang mungkin sebagian orang tidak akan
setuju. :D
Di kosan, tugasku berjubel untuk minggu-minggu ini. Mungkin
bisa dihitung sampai akhir november nanti bahkan sampai desember. Kita lihat
saja. Mulai dari tugas kuliah yang bercabang, sampai dengan tugas lain yang
semakin hari semakin melambai-lambai saja. Barulah kusadari tugas-tugas tersebut
belum kuselesaikan dari dua minggu yang lalu. Kalau kata orang, “semakin ditumpuk semakin menggunung, dan
semakin tercecer saja”. Benar memang demikian. Maka mulailah kutengok
kaligrafi yang sudah kugunting itu. Kemudian kutempel pada selembar kertas
gambar.
Kumulai mewarnainya. Bolak-balik kamar mandi karena harus
mengganti warna yang sudah tak terpakai. Tangan jangan ditanya lagi, sudah
warna-warni seperti pelangi. Amboi, baru kugerakan tangan ini untuk menggambar.
Jika dihitung, terakhir menggambar itu semester dua dan sekarang aku semester
tujuh. Sudah dua tahun setengah. Lama nian, boi.
Teroreeett...Satu jam kemudian, beres. Kutanyakan pada Taya,
yang baru bangun dari tidurnya karena lelah setelah pertandingan voli. “Bu, gimana?”, kataku sambil
kuperlihatkan hasil padanya. “Lucu, ci”
jawab Taya. “Sekarang tinggal mikirin
yang lainnya”, tambahku.
Aku selalu membayangkan kesana-kemari. Kaka memakai baju toga,
membawa ijazah, dan aku di sampingnya bersama ibu dan bapak. Wow dahsyat cetar
membahana badai. “Semoga lulusnya lekas
tertular padaku”, bisik hati yang lirih. Hadiah kecil ini kupersembahkan
untuk kaka yang baru saja di wisuda. Selamat atas kelulusannya. Semoga ilmu
yang didapat selama kuliah dapat bermanfaat dan dapat diaplikasikan di dalam kehidupan.