Sejenak rehat dari kesibukan
yang mendera dan berinisiatif untuk mencari makanan di angkringan jalan Dago
Bandung. Sepertinya Pempek Palembang cocok untuk hidangan sore ini, pikirku.
Menimbang bahwa cuaca sore itu mendung. Tiba-tiba teringat peristiwa dimana
waktu itu saya bersama kawan saya, Dendy dan Vita, sedang berada di salah satu food court di Jogja. Pada waktu itu kita
serempak untuk memesan pempek Palembang. “Biarpun
kita sedang di Yogya, tidak ada salahnya kita mencicipi pempek Palembang di
Yogyakarta. Siapa tau beda”, kata Dendy. “Maksudnya pempek Palembang isi Yogyakarta? Atau Pempek Palembang isi
Sulawesi Selatan?”, jawabku sembari berkelakar.
Kawan-kawan pasti sudah tahu
jika pempek ini berasal dari Palembang. Tapi yang menjadi pertanyaannya mengapa
sampai dinamai “Pempek Palembang”? Bingung
juga kan kalau kita belum tahu sejarahnya. Konon katanya, dulu sekitar tahun
1617, di daerah Perakitan tinggalah seorang apek yang berusia 65 tahun. Ia merasa
prihatin menyaksikan tangkapan ikan di Sungai Musi karena hasil tangkapan
tersebut belum dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang.
Alternatif pengolahan yang lain pun ia coba dengan mencampur daging ikan giling
bersama tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Nah, Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan
bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya berkeliling dengan memakai
sepeda, lantas pembeli sering mengejarnya dengan terburu-buru. Spontan para
pembeli sering memanggilnya dengan sebutan “pek”,
“simpek”, “apek”. Apek dalam bahasa Tionghoa berarti paman.
Doc. 2 Pempek Khas Palembang |
Doc. 3 Pempek Khas Palembang |
Menurut
cerita rakyat yang lainnya bahwa di Palembang banyak etnik Tionghoa mencari
penghidupan melalui cara berdagang dan menyajikan makanan dengan bahan dasar
ikan dan tepung tapioka ketika upacara adat. Baru kemudian pada tahun 1916,
makanan tersebut dijual oleh seorang keturunan Indonesia bernama Sipek.
Kembali
saya mengajak pembaca untuk menelaah lebih lanjut, berhubung pada abad 16 singkong
baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia dan pada abad 18 sepeda baru
dikenal di Perancis dan Jerman. Kemungkinan pempek merupakan makanan diferensiasi
dari makanan Cina, mengingat pada saat itu kebanyakan pempek juga dijual oleh
kaum keturunan Tionghoa.
Sebagian
besar bahan pembuat pempek adalah ikan laut dan/ atau ikan sungai air yang
notabene mengandung omega 3 yang berguna untuk pembentukan organ-organ penting seperti otak, jantung, alat
kelamin sistem saraf yang baik untuk ibu hamil, anak-anak maupun orang dewasa
serta dapat mengurangi kolestrol.
Ada sebuah penelitian yang
menunjukkan bahwa asam lemak Omega 3 yang ada dalam minyak ikan berfungsi untuk
memelihara tekanan darah agar tetap optimal, mencegah kadar kolesterol,
mencegah penyakit jantung, mencegah radang sendi dan meningkatkan kekebalan
tubuh. Penggunaan asam lemak omega 3 telah terbukti dapat membantu melindungi
tubuh dari berbagai infeksi dan membantu menyembuhkan berbagai kondisi
kesehatan, seperti autisme, sakit kepala karena migran, lupus, detak jantung
tak beraturan, multiple sclerosis, dan serangan panik. Penggunaan zat asam ini
juga membantu menurunkan rasa stres dan dampaknya pada tubuh. Ini dapat dilihat disini.
Kawan-kawan,
penjelasan tadi kurang lebih memberi informasi kepada kita akan sejarah dibalik
pempek khas Palembang. Tidak hanya itu, kandungan omega 3 nya yang dapat kita
peroleh dari ikan laut/sungainya. Nah,
it’s right time untuk memanjakan
lidah dengan pempek khas Palembang.
3 komentar:
Halo Susi,
Terima kasih sudah submit blog untuk lomba Jelajah Kuliner Unik Nusantara.
Mohon kirimkan data diri (username di VIVAlog, Nama Sesuai KTP, Alamat lengkap sesuai KTP. No telepon, dan Link Blog) ke sintia.citra@viva.co.id
Terima kasih atas perhatiannya.
Regards, Citra - VIVA
Terima kasih info dan telah berbagi artikel nya,semoga sukses terus web nya.
Numpang lewat ya om / tante
Walau uda tau terima kasih infonya tante
jual daging tenggiri giling berkualitas sangat cocok untuk bahan baku pempek , siomay, bakso, tekwan , dll
Kunjungi:
http://www.tenggirigiling.com/
Posting Komentar