Kamis, 07 Februari 2013

PERJUANGAN DAN MIMPI


Bukan hobi yang memaksaku untuk membaca novel. Hanya karena belum ada kesibukan ngampus yang begitu menyita waktu, jadi kuluangkan untuk melirik novel “Ma Yan” karya Sanie B. Kuncoro. Setelah dibaca ulasan novel yang tertera di bagian belakang buku tersebut, akhirnya timbulah rasa penasaran untuk membacanya. Nah, ini ulasannya :

Ma Yan terlahir sebagai anak tertua di keluarga miskin yang tinggal di Zhangjiashu, China. Saking miskinnya wilayah itu, bahkan beberapa keluarga di sana hanya berpenghasilan 120 yuan atau sekitar 15 dolar setahun. Namun, semangat Ma Yuan yang luar biasa tidak membiarkan apa pun atau siapa pun menghalangi keinginannya meraih ilmu. Tidak hanya harus berlapar-lapar agar bisa membeli peralatan tulis, dia juga harus berani menantang kebiasaan lingkungannya. Sebab, di lingkungannya hanya anak lelaki yang umumnya bisa ke sekolah.

Kubuka dan kubaca halaman demi halaman. Belum aku temukan sesuatu yang “wow” ketika masih halaman awal karena terdapat sejarah yang sedikitnya membosankan untuk kubaca. Lagi-lagi berdalih hehe. Tapi dengan sendirinya, rasa bosan itu segera kuhilangkan. Karena sebuah cerita jika dilewatkan satu paragraf saja, kesananya bakalan ngawur. Lanjut ya, di halaman berikutnya mulailah novel ini mengisahkannya.
Ada hal-hal menarik yang dapat diambil dari novel tersebut. Perjuangan untuk meraih ilmu ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Lebih bersyukurlah bagi kita yang memang terlahir dengan keluarga yang berkecukupan. Di pelosok sana, masih banyak orang-orang yang haus akan pendidikan, namun sulit untuk mendapatkan pendidikan tersebut. Baik itu karena kondisi ekonomi yang berkekurangan, maupun akses ke tempat sekolah yang jauh yang harus ditempuh sampai berkilo meter.
Itulah pendidikan. Siapa yang tak tahu bahwa memang ada orang-orang di belakang kita yang setia memperjuangkannya. Sebut saja ayah dan ibu. Lewat mereka kita bisa sampai dengan pendidikan kita saat ini. Yang perlu kita yakini, bahwa di suatu belahan bumi, pada salah satu sudut terjauh yang terabaikan, ada sepasang tangan ibu yang dengan segala keterbatasannya berjuang sepenuh daya membuka pintu pendidikan bagi anak-anaknya. Tangan itu digerakkan oleh suatu keyakinan bahwa membuka pendidikan adalah jalan melepaskan diri dari kesengsaraan dan ketertindasan. Perjuangan itu sangatlah tidak mudah, menguras kekuatan fisik, menderakan penderitaan, menggoyahkan, dan mengundang rasa putus asa di setiap langkah.
Demikian sinopsis novel Ma Yan. Lain waktu kita sambung kembali dengan novel-novel yang tentunya menginspirasi hidup kita.

7 komentar:

Unknown mengatakan...

hdup mmg hrs dg pnuh prjuangn, pantang ptus asa dalam kondisi appaun, utk meraih cita2 :)

Susi Siti Sapaah mengatakan...

Iya kak, semangat juang :)
Btw baru lihat dikomennya lagi nih hehe

Unknown mengatakan...

siip,,, hha, y q jg br liat da posting lg, udh lama g mncul

Susi Siti Sapaah mengatakan...

Iya nih kak. Agak telat dari biasanya, hehe
Maklumlah kak, inspirasi kemarin belum muncul << alesan konyol :D

Sebenarnya ada satu dua kendala jadi postingannya telat

Unknown mengatakan...

ohh,,, y smg sja sll dberi inspirasi, biar bs bc postingan terbaruy lg,, hhe

Susi Siti Sapaah mengatakan...

Aamiin. Aku selalu berharap begitu kak ^_^

Pokoke kalo ada postingan yg baru ditunggu lagi kripik dan sarannya hehe

Unknown mengatakan...

siiip :)

Posting Komentar

Halaman

Halaman

 
Copyright Jejak-jejak Terekam 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .