Bukan hobi yang
memaksaku untuk membaca novel. Hanya karena belum ada kesibukan ngampus yang
begitu menyita waktu, jadi kuluangkan untuk melirik novel “Ma Yan” karya Sanie
B. Kuncoro. Setelah dibaca ulasan novel yang tertera di bagian belakang buku
tersebut, akhirnya timbulah rasa penasaran untuk membacanya. Nah, ini ulasannya
:
Ma Yan terlahir sebagai anak tertua di keluarga miskin yang tinggal
di Zhangjiashu, China. Saking miskinnya wilayah itu, bahkan beberapa keluarga
di sana hanya berpenghasilan 120 yuan atau sekitar 15 dolar setahun. Namun,
semangat Ma Yuan yang luar biasa tidak membiarkan apa pun atau siapa pun
menghalangi keinginannya meraih ilmu. Tidak hanya harus berlapar-lapar agar
bisa membeli peralatan tulis, dia juga harus berani menantang kebiasaan
lingkungannya. Sebab, di lingkungannya hanya anak lelaki yang umumnya bisa ke
sekolah.
Kubuka dan kubaca halaman demi halaman. Belum aku temukan sesuatu
yang “wow” ketika masih halaman awal karena terdapat sejarah yang sedikitnya
membosankan untuk kubaca. Lagi-lagi berdalih hehe. Tapi dengan sendirinya, rasa
bosan itu segera kuhilangkan. Karena sebuah cerita jika dilewatkan satu
paragraf saja, kesananya bakalan ngawur. Lanjut ya, di halaman berikutnya mulailah
novel ini mengisahkannya.
Ada hal-hal menarik yang dapat diambil dari novel tersebut. Perjuangan
untuk meraih ilmu ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Lebih
bersyukurlah bagi kita yang memang terlahir dengan keluarga yang berkecukupan.
Di pelosok sana, masih banyak orang-orang yang haus akan pendidikan, namun
sulit untuk mendapatkan pendidikan tersebut. Baik itu karena kondisi ekonomi yang
berkekurangan, maupun akses ke tempat sekolah yang jauh yang harus ditempuh sampai
berkilo meter.
Itulah
pendidikan. Siapa yang tak tahu bahwa memang ada orang-orang di
belakang kita yang setia memperjuangkannya. Sebut saja ayah
dan ibu. Lewat mereka kita bisa sampai dengan pendidikan kita saat ini.
Yang perlu kita yakini, bahwa di suatu belahan bumi, pada salah satu
sudut
terjauh yang terabaikan, ada sepasang tangan ibu yang dengan segala
keterbatasannya berjuang sepenuh daya membuka pintu pendidikan bagi
anak-anaknya. Tangan itu digerakkan oleh suatu keyakinan bahwa membuka
pendidikan adalah jalan melepaskan diri dari kesengsaraan dan
ketertindasan.
Perjuangan itu sangatlah tidak mudah, menguras kekuatan fisik,
menderakan
penderitaan, menggoyahkan, dan mengundang rasa putus asa di setiap
langkah.
Demikian sinopsis novel Ma Yan. Lain waktu kita sambung kembali
dengan novel-novel yang tentunya menginspirasi hidup kita.
3 komentar:
Iya kak, semangat juang :)
Btw baru lihat dikomennya lagi nih hehe
Iya nih kak. Agak telat dari biasanya, hehe
Maklumlah kak, inspirasi kemarin belum muncul << alesan konyol :D
Sebenarnya ada satu dua kendala jadi postingannya telat
Aamiin. Aku selalu berharap begitu kak ^_^
Pokoke kalo ada postingan yg baru ditunggu lagi kripik dan sarannya hehe
Posting Komentar